octa vaganza

Rumah Peternak Sapi Selandia Baru Penghasil Susu Terbaik Dunia

Tepat setahun lalu, dalam pidato Hari Koperasi ke 71 di Tangerang Banten, Presiden Joko Widodo menantang para pelaku usaha koperasi tumbuh besar sebagaimana halnya koperasi-koperasi sukses di negara maju. Salah satu koperasi besar dunia yang disebut oleh Presiden adalah Fonterra Co-operative Group Limited, Koperasi Susu Selandia Baru.

Nama Fonterra sebagai perusahaan susu memang baru terbentuk pada 2001, namun cikal bakal perusahaan dengan anggota gabungan koperasi-koperasi besar Selandia Baru ini sudah dimulai sejak dua abad lalu, pada 1814 dan pendirian pabrik keju pertama pada 1871. Negara yang mengklaim paling pertama melihat matahari terbit setiap pagi ini, komunitas koperasi berbasis susu memang jadi lahan subur.Kondisi alam yang sangat cocok bagi pengembangan budi daya sapi telah menjadikan Selandia Baru sebagai negara produsen susu terbaik dunia.

Dengan sebanyak 60 pabrik susu terebar di seantero Selandia Baru ( 25 di antaranya berada di beberapa negara termasuk Indonesia), pada 2018 Fonterra memproduksi susu sebanyak 1,505 miliar kilogram susu solid (KgMs) dan sekitar 95% diekspor ke 140 negara. Fonterra memberi kontribusi signifikan bagi Selandia Baru dengan rerata 8 miliar dollar (NZ$) per tahun. Fonterra memberi apresiasi bagi penghasilan para peternak sebesar NZ$ 6,69 per KGMs. Total peternak sapi komunitas pedesaan yang menjadi anggota Fonterra menerima NZ$10 miliar.

Koperasi dengan anggota 10.500 keluarga peternak sapi dan sekitar 23.000 pendukung di seluruh dunia pada periode sama mengantongi pendapatan NZ$20, 4 miliar, naik tipis dibanding 2017 sebesar US$19, 2 miliar atau kisaran 5 persen. Dari jumlah itu sebanyak NZ$5,68 miliar konstribusi penjualan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan NZ$$3.98 juta dolar penjualan di Tiongkok.

“Apresiasi yang sangat tinggi kami berikan kepada para perani dan keluarganya yang telah menggerakkan koiperasi susu ini memiliki sejarah yang membanggakan. Dan di sisi lain kami akan terus fokus pada strategi perusahaan ini untuk menjadikan produk susu benilai lebih tinggi,” ucap John Monaghan, Ketua Koperasi Fonterra. Seiring dengan perkembangan teknologi ionformasi, Fonterra pun tak abai

untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar. Lebih dari 2500 peterbak sapi di Fonterra, kini menggunakan aplikasi yang berfungsi antara lain melacak keamanan pangan dan kualitas susu yang dihasilkan. Sebanyak 90 persen peternak sapi di Fontera sudah memasuki era digitalisasi.

RAGAM PRODUK

Koperasi ini menghasilkan bermacam ragam produk dari susu mulai dari mentega, keju, susu bubuk, susu cair, hingga es cream. Di indonesia produknya yang cukup terkenak adalah Anlene dan Anchor. Selain itu, Fonterra memproduksi bahan atau ramuan dari susu (dairy ingredient) untuk membuat bermacam produk makanan dan minuman yang selain untuk konsumsi dalam negeri juga di ekspor ke banyak negara di dunia.

Banyak di antara produk-produk Fonterra secara khusus diproduksi untuk kesehatan tulang, kesehatan ibu-ibu hamil atau kesehatan anak-anak, yang dikemas dalam berbagai bentuk produk seperti susu bubuk, keju, mentega, atau suplemen kesehatan.

Untuk dapat memenuhi tuntutan konsumen yang selalu menginginkan yang serba baru, dan juga dalam rangka persaingan global, Fonterra memiliki 2 fasilitas riset di Selandia Baru dan di Australia. Fasilitas itu memiliki jaringan global sehingga selalu dapat merespon kebutuhan konsumennya yang tersebar di berbagai negara.

Selain berpangkalan di negeri sendiri, Fonterra juga banyak melakukan kegiatan usahanya di beberapa negara Asia Pasifik, Amerika Utara dan Selatan, dan terutama di Australia.

MENJAGA SEJARAH PANJANG

Dalam sejarahnya, koperasi susu Fonterra yang saat ini sudah mendunia dirintis sejak 1814 oleh seorang misionaris membawa seekor sapi jantan dan 2 ekor sapi perah betina. Iklim sedang di negara ini memungkinkan peternakan sapi perah dapat berkembang biak dengan pesat. Seiring dengan perkembangan ini, untuk pertama kali para peternak sapi pada 1871 mendirikan koperasi keju. Tak lama berselang dibentuk koperasi-koperasi persusuan lain, sehingga pada 1930 an, sudah berdiri lebih dari 400 koperasi susu yang berarti mayoritas pabrik susu di Selandia Baru di kuasai oleh koperasi.

Sayangnya, sedemikian banyak koperasi berjalan tanpa koordinasi yang baik sehingga mereka menghadapi kesulitan saat akan menjual produknya ke luar negeri. Hal itulah yang membuat pemerintah di negara itu mulai memikirkan cara untuk mengatasi kesulitan itu.

Pemerintah Selandia Baru pada 1923 mendirikan Badan Pengendali Produksi Susu Ekspor (BP2SE) yang mengawasi semua kegiatan ekspor susu. Dalam kurun waktu 1930–1960an, badan ini telah berhasil memperkuat posisi para petani dalam memasarkan produknya, sehingga dapat memberi keuntungan yang lebih baik dan industri susu pun terus berkembang hingga kesejahteraan para peternak semakin meningkat.

Dengan semakin meningkatnya pemasaran produksi susu ke luar negeri, semakin meningkat pula kebutuhan koperasi-koperasi susu itu untuk menyatukan kekuatan, sehingga pada 1960an dari 400 koperasi susu dikonsolidasikan tinggal menjadi 168 koperasi.

Pada saat ini pula ada kebutuhan dari koperasi-koperasi susu untuk mencari pasar alternatif, setelah Inggris sebagai negara importir produk susu Selandia Baru terbesar, pasar diperluas hingga negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa.

Usaha koperasi-koperasi susu itu pun semakin berkembang, sampai pada 1980an BPPSE telah memiliki 19 anak perusahaan (subsidiaries) di luar negeri. Jumlahnya terus bertambah hingga pada 1995 menjadi 80 anak usaha, sehingga menjadikan badan ini sebagai jaringan pasar produk susu terbesar di dunia. BPPSE ingin agar usahanya dapat lebih kuat bersaing di pasar negeri, oleh karena itulah koperasi susu itu berusaha mengkonsolidasi anak usaha, sehingga pada 1996 tinggal 12 koperasi.

Seiring dengan perluasan pasar di luar negeri produk-produk barupun dikembangkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar bagi peternak. Selama ini produk mentega dan keju yang menjadi andalan ekspor ke Inggris, kemudian dikembangkan produk baru berupa susu bubuk.

Selama tahun 1990-2000 dorongan untuk menyatukan kekuatan di antara koperasi-koperasi susu semakin kuat saat BPPSE menyerahkan asetnya kepada koperasi-koperasi ini. Pada akhir tahun 2000 lebih dari 95% industri susu hanya dikuasai oleh 2 perusahaan besar saja, yaitu Kelompok Persusuan Selandia Baru/KPSB (New Zealand Dairy Group) dan Koperasi Susu Kiwi (2 koperasi kecil menguasai yang 5%).

Tekanan deregulasi pada 1990an, telah mendorong perusahaan/koperasi-koperasi susu untuk menyatukan diri. Keinginan ini baru tercapai pada Juli 2001, saat 84% para peternak menyetujui penggabungan (merger), BPPSE, KPSB dan Koperasi Kiwi. Kesepakatan ini, dibulatkan pada Oktober 2001 yang menandai kelahiran perusahaan susu baru yakni Koperasi Fonterra, yang dimiliki oleh 96% dari peternak sapi perah di Selandia Baru. Koperasi Fonterra saat ini diakui sebagai salah satu koperasi yang berhasil dan menjadi koperasi susu nomor 6 terbesar dari segi volume usahanya.

RAMAH LINGKUNGAN

Fonterra bukan sembarang koperasi, melainkan koperasi yang memiliki tanggung jawab tinggi. Koperasi ini banyak terlibat dalam upaya mengatasi dampak lingkungan misalnya kegiatan yang dirumuskan dalam Strategi Industri Susu bagi Manajemen Lingkungan yang berkesinambungan,. Persetujuan Perusahaan Susu tentang Sungai yang Bersih, Konsorsium Riset Gas, Rumah Kaca Pedesaan, dan Standar Industri Sosial mengenai Sistem Manajemen Lingkungan.

Sebanyak 75 persen peternak anggota Fonterra juga sudah memindahkan ternaknya dari lingkungan sekitar sungai dan danau. Koperasi ini juga sedang menyelesaikan jalan kereta api untuk pengangkutan susu yang menggantikan sekitar 45.000 truk, yang berarti akan mengurangi sekitar 3000 karbon dioksida pertahunnya.

Dalam kebijakan lingkungan secara menyeluruh pada 2006, Fonterra sangat menaruh perhatian pada pengurangan polusi, pemusnahan limbah dan program pendidikan dan kesadaran para pihak terkait dengan produksi persususan maupun masyarakat mengenai lingkungan.

Atas pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut, khususnya kepedulian pada lingkungan, Fonterra telah mendapat beberapa penghargaan, seperti Ecolab Eco-effienciency Award, Commercial/Industrial Environmental Award, Sustainable Bussiness Network Award for Investation. Usaha-usaha yang telah mengantarkan koperasi itu sebagai usaha yang ramah terhadap lingkungan sekitarnya. (Irvan/Irsyad)

Exit mobile version