Apa yang bisa disaksikan di wilayah Nusantara paling selatan? Pulau-pulau kecil tanpa penghuni dan gersang? Anda keliru. Di Kepulauan Rote Ndao terbentang alam apik dengan keelokan yang setara hingga menyempurnakan mozaik negeri khatulistiwa ini.
MENGINJAKKAN kaki di Pulau Rote, anda tiba di sebuah pulau yang sangat ramah. Begitu anda tiba di pelabuhan, segerombol bocah cilik asli NTT menyapa dengan keceriaan murni anak-anak. Alamiah dan tulus. Sehari-harinya, kebanyakan warga Rote di wilayah pesisir bekerja sebagai nelayan dan pembudidaya rumput laut. Sedangkan yang tinggal di perkotaan umumnya bekerja sebagai pedagang. Mereka hidup bersisian, meskipun berbeda suku dan agama.
Ya, inilah wilayah Indonesia paling selatan. Sejatinya bukan Pulau Rote yang menjadi bagian terluar Indonesia bagian selatan, melainkan Pulau Ndana. Tetapi, pulau tersebut hanya dihuni oleh sekira 20 tentara penjaga. Tidak ada penduduk sama sekali. Taka da fasilitas apa pun di sana, kecuali patung Jenderal Sudirman dan rumah jaga para tentara tadi. Karena hal itulah, Pulau Rote yang ‘secara resmi’ dinobatkan sebagai pulau paling luar Indonesia di belahan selatan.
Kepulauan Rote terdiri atas 96 pulau kecil, 6 di antaranya berpenghuni. Wilayah ini beriklim kering yang dipengaruhi angin musim dan musim hujan relatif pendek (3-4 bulan). Rote memang didominasi warga Kristiani. Namun, jangan khawatir, Rote juga didominasi oleh orang Jawa Muslim. Umumnya, orang Jawa berjualan menu khas dengan citarasa Jawa, semisal nasi kuning, nasi goreng, gudeg, dan lainnya.
Kebutuhan sehari-hari warga Rote banyak dipasok dari Kupang. Namun, itu tidak menjadikan harga makanan, minuman, sandang, jadi tinggi. Mereka menjual dengan harga wajar. Seolah tidak berada di luar pulau. Anda akan menemukan keramahan penduduk, ke desa mana pun berkunjung. Mereka masih murah senyum, bersahaja dan alami, serta sangat mudah menolong.
Di balik keterpencilannya, Rote memiliki lahan penggembalaan ternak. Sebagian besar wilayahnya padang rumput alam, terutama jenis andropogon. Sedangkan lahan tidur merupakan rumput alam dan lahan kering dengan vegetasi semak belukar.
Sapi, kerbau, dan kuda banyak diternakkan di Rote Timur, Rote Tengah, dan Rote Barat Laut. Beternak merupakan tradisi orang Rote. Sistem pemeliharaan pun masih tradisional, dilepas bebas di alam terbuka dan dikandangkan hanya jika diperlukan.
Komoditas lain yang terkenal adalah lontar, kelapa, dan jambu mete. Penduduk biasanya mengolah nira lontar menjadi gula lempeng, gula semut, gula air, dan sopi. Sopi adalah minuman khas Rote Ndao yang merupakan fermentasi nira dan mengandung alkohol tinggi. Jika diolah lebih lanjut, hasilnya bisa dipakai alkohol medik.
Dari Kupang, ibu kota NTT, daerah ini bisa dicapai dengan angkutan laut atau pesawat terbang. Lalu lintas barang dan jasa umumnya mengandalkan kapal feri yang setiap hari melayani rute Kupang-Pantai Baru. Butuh sekitar empat jam. Dengan kapal cepat rute Kupang ke Ba’a, sekitar dua jam. Pulau Rote terletak di pantai barat Kupang. Pulau eksotis ini dapat dicapai hanya dalam empat jam.
Naik feri antarpulau dari Kupang jadi pilihan terbaik untuk menyelam dan tour tanah kasar yang indah dan belum tersentuh. Dinding spektakuler, gua-gua dalam bukit, lembah, dan lereng-lereng bawah air. Kehidupan lautnya sangat bervariasi dan berlimpah.
Sebut saja misalnya ikan api atau mantas. Arsitektur geografis Rote pun unik, sebagaimana artistiknya karya tenun ikat yang mereka hasilkan. Gaya hidup tradisional mereka praktis tidak berubah selama berabad-abad.
Rote merupakan lokasi yang sangat baik untuk berselancar. Setiap tahun peselancar berduyun-duyun ke Namberala untuk menunggangi gelombang yang dibentuk oleh terumbu dangkal dan angin lepas pantai.Di Namberala terdapat sebuah resor bungalow tepi pantai tradisional dan beberapa homestay.
Pantai berpasir putih ini dihiasi pohon kelapa di mana-mana. Menyelam di daerah ini jadi spesial karena sejumlah besar manta dan dugong terlihat di sana. Sebuah perjalanan perahu ke dekat Dana atau Kepulauan Ndao juga dianjurkan.
Rote tak lepas dari pohon lontar yang melegenda. Dari Rotelah alat musik sasando berasal. Alat musik yang kini mulai terbatas pemainnya. Meski pembuat alat musik sasando sudah terbatas, sasando masih kerap dimainkan di berbagai acara pesta. Di masa lalu, sasando juga bisa digunakan untuk ember pembawa air di samping sebagai topi saat panas atau pun hujan mendera.
Tujuan ke Pulau Rote bisa ditempuh dengan tiga moda kendaraan: pesawat Wings Air, Susi Air, dan Trans Nusa. Kapal ferI dengan lama perjalanan empat jam dari Pelabuhan Bolok. Dan kapal cepat dengan waktu tempuh dua jam dari Pelabuhan Tenau ke Ba’a. Soal penginapan, di Ba’a juga sudah ada penginapan.
Umumnya transportasi di sana adalah oto (angkot), ojek, dan mobil sewa. Di Rote hanya ada dua SPBU yang tidak setiap hari terisi BBM. Pertamina hanya mengisi setiap minggu pertama dan ketiga. Itu pun setelah diisi hanya bertahan dua hari. Nggak heran jika di sepanjang jalan sangat mudah ditemukan penjaja bensin eceran dengan harga bervariasi, bergantung jarak. Semakin jauh dari pusat kota, harga bensin eceran pun jadi lebih mahal.
Lantaran banyak jalan yang belum diaspal, biaya transportasi dari kecamatan ke pelabuhan menjadi tinggi. Bagusnya, cukup banyak sekolah tersebar di Rote, mulai perkotaan hingga jauh di pelosok Rote Barat ataupun Rote Timur.
Kebanyakan SD Inpres, sedangkan SMP dan SMA hanya ada di kecamatan. Murid-muridnya amat ramah. Jika anda melintas jalanan saat jam pulang sekolah, mereka serempak menyapa, “Selamat siaaaang…!” Padahal, kenal juga enggak.●(dd)