hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Role Model Pembiayaan Sanitasi dan Air

“Selama sembilan tahun Kopsyah BMI mengembangkan skim pembiayaan sanitasi dan air, sudah puluhan ribu anggota mengaksesnya. Agar lebih banyak masyarakat yang merasakan dampaknya, kebijakan ini perlu didukung pemerintah dan sektor perbankan”.

Akses sanitasi dan air bersih merupakan masalah klasik yang hingga kini belum teratasi sepenuhnya, terutama bagi kelompok masyarakat akar rumput. Akibatnya, kualitas kesehatan menjadi terganggu dan menurunnya kesejahteraan. Problematika riil ini sejak lama menjadi perhatian serius Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI).
Menurut Direktur Utama Kopsyah BMI, Kamaruddin Batubara, biasa disapa Kambara, sejak 2014 pihaknya atas bimbingan IUWASH, telah membiayai sanitasi dan air untuk anggota melalui produk Mikro Tata Air (MTA) dan Mikro Tata Sanitasi (MTS). Jumlahnya terus meningkat dan kini mencapai Rp85,4 miliar.
“Berkat skim MTA dan MTS, kini 14.484 anggota telah memiliki akses air bersih dan sanitasi yang baik,” ujar Kambara dalam Talkshow Hari Habitat Dunia 2023 di Indonesia Arena, Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin 16 Oktober 2023.
Acara Talkshow itu juga menghadirkan narasumber lain yaitu Direktorat Sanitasi Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia, Walikota Magelang Jawa Tengah, IUWASH Tangguh, dan BPRS Insan Karimah Bekasi.
Tercatat, Kopsyah BMI merupakan koperasi pelopor pembiayaan sanitasi dan air untuk anggota yang umumnya berpendapatan rendah. Skim pembiayaan MTA dan MTS ini menginspirasi koperasi lain untuk melakukan hal yang sama.
Selain melalui pembiayaan, Koperasi besar berprestasi itu juga memiliki program sosial yakni sanitasi mushola, masjid dan pesantren (Sanimesra) dan sanitasi dhuafa, yang dananya bersumber dari infak 230 ribu anggota Kopsyah BMI. Hingga akhir September 2023, Kopsyah BMI telah membangun 174 unit Sanimesra senilai Rp3,6 miliar dan 168 unit sanitasi dhuafa dengan nilai Rp1,1 miliar di wilayah pelayanan Kopsyah BMI.
Untuk menggenjot tingkat sanitasi dan air bersih layak konsumsi, kata Kambara, perlu keterlibatan pemerintah dan pihak swasta seperti koperasi dan bank. “Harus ada kebijakan dari pemerintah baik pusat dan daerah untuk mendorong sanitasi aman dan juga mendorong Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mengalokasikan 20 persen untuk pembiayaan sanitasi, tanpa itu saya rasa akan sulit. Kalau nggak begitu kita nggak selesai-selesai,” ungkapnya.
Melalui MTA dan MTS, Kopsyah BMI juga memperkuat sirkuit ekonomi dalam Koperasi BMI Group. Ini dikarenakan fasilitas sanitasi dibangun dengan material terbaik dari Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) dan oleh tenaga terampil dari Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia (Kopjas BMI).
Dalam kesempatan Talkshow tersebut, Walikota Magelang Muhammad Nur Aziz berharap Kopsyah BMI dapat mengajari koperasi lokal mengimplementasikan MTA dan MTS. “Kami butuh peran swasta seperti BMI yang punya skim pembiayaan sanitasi agar bisa mengajari koperasi lokal kami punya produk yang seperti itu,” ungkapnya.
Keberhasilan Kopsyah BMI mengembangkan skim pembiayaan MTA dan MTS serta kegiatan sosial lainnya memberi dampak cukup besar terhadap peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Sehingga tidak heran, banyak pihak ingin meniru dan berguru pada koperasi dengan praktik tanggung jawab sosial terbaik di Indonesia itu. (Kur) 

pasang iklan di sini