hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Riset Cisco Indonesia: 60 Persen Pelaku UKM Jadi Target Kejahatan Digital

JAKARTA—Cisco Indonesia, bagian dari perusahaan telekomunikasi global mengungkapkan hasil risetnya yang menunjukkan sebanyak 60 persen pelaku UKM di Indonesia menjadi korban kejahatan digital, berupa  pencurian informasi pelanggan.

Menurut studi itu sebanyak 33 persen UKM di Indonesia mengalami insiden siber dalam setahun terakhir. Hampir 29 persen UKM Indonesia yang mengalami serangan siber mengatakan alasan utamanya karena solusi keamanan siber yang dianggap tidak memadai untuk mendeteksi atau mencegah serangan. Sementara 21 persen menyebutkan alasan utama tidak adanya solusi keamanan siber.

Selain kehilangan data pelanggan, UKM di Indonesia yang mengalami insiden siber juga kehilangan data karyawan (63 persen), email internal (62 persen), informasi bisnis yang sensitif (60 persen), informasi keuangan (54 persen), dan kekayaan intelektual (54 persen).

Hanya 17 persen responden yang mengatakan dapat mendeteksi insiden siber dalam waktu satu jam. Sementara jumlah responden yang mampu memulihkan insiden siber dalam waktu satu jam 12 persen.

Director Cybersecurity, Cisco ASEAN, Juan Huat Koo mengatakan UKM harus bisa mendeteksi, menyelidiki dan memblokir atau memulihkan sendiri insiden siber yang terjadi dalam waktu sesingkat mungkin.

“Untuk dapat melakukan itu, mereka membutuhkan solusi yang mudah diterapkan dan digunakan, terintegrasi dengan baik satu sama lain, dan dapat membantu mereka mengotomatisasi kemampuan seperti deteksi, pemblokiran, dan perbaikan insiden siber,” kata Juan dalam keterangan persnya, Minggu (24/10/21).

Koo menyarankan UKM juga membutuhkan visibilitas yang jelas di seluruh basis pengguna dan infrastruktur IT mereka, termasuk cloud dan penerapan ‘as a service’, dan mengambil pendekatan platform untuk keamanan siber.

Studi Cisco menemukan meski UKM di Indonesia khawatir tentang risiko dan tantangan itu, mereka juga mengambil pendekatan terencana untuk memahami dan meningkatkan kekuatan keamanan siber melalui inisiatif strategis.

Selain itu sebanyak, 84 persen UKM Indonesia dalam 12 bulan terakhir telah melakukan perencanaan skenario atau simulasi untuk mewaspadai insiden keamanan siber.

UKM juga semakin mengerti dari mana datangnya ancaman siber terbesar mereka. Penelitian menunjukkan UKM di Indonesia (44 persen) menganggap phishing sebagai ancaman utama.

Ancaman teratas lainnya terhadap keamanan keseluruhan termasuk serangan yang ditargetkan pelaku kejahatan (23 persen) dan laptop tidak aman (15 persen).

Kabar baiknya, saat ini UKM telah memiliki tingka investasi  akurat  dalam keamanan siber.  Riset menunjukkan 74 persen UKM Indonesia telah meningkatkan investasi dalam solusi keamanan siber sejak awal pandemi. Bahkan 38 persen dari UKM itu menunjukkan peningkatan lebih dari 5 persen.

Sementara Direktur Cisco Indonesia Marina Kacaribu mencatat terbukanya informasi secara luas. Ketika Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi lebih digital, lanjut dia, akan rawan menjadi target pelaku kejahatan.

“Ketika UKM menjadi lebih digital, maka mereka menjadi target yang lebih menarik bagi pelaku kejahatan, karena bisnis digital menyebabkan terbukanya banyak informasi yang bisa menjadi sasaran empuk bagi peretas,” ujar Marina.

UKM yang sudah mengadopsi teknologi digital menghasilkan lebih banyak data yang sangat berharga bagi pelaku kejahatan.

“Hal-hal tersebut mendorong UKM untuk berinvestasi pada solusi dan kemampuan untuk memastikan mereka dapat menjaga bisnis mereka di bidang keamanan siber,” katanya.

pasang iklan di sini