Rhenald Kasali: Respons Tarif Resiprokal AS, Tak Cukup Sekadar Kirim Orang

Peluang News, Jakarta — Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali mengatakan pemerintah RI perlu segera melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat untuk mencari solusi atas pemberlakuan tarif resiprokal Amerika Serikat.

“Donald Trump sudah mengumumkan untuk mengenakan tarif resiprokal kepada Indonesia. Tetapi kan bukan hanya Indonesia yang terkena, negara lain juga banyak yang terimbas oleh kebijakan pemerintah AS ini. Lalu, apa yang bisa kita lakukan?” ujarnya melalui akun Instagram officialnya yang dirilis Minggu (6/4).

Menurut Rhenald, yang perlu dilakukan Indonesia adalah negosiasi. Cuma yang dimaksud dengan negosiasi bukan sekadar mengirim tim ke Amerika Serikat dan langsung berbicara dengan pemerintah AS.

Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia itu mengingatkan bahwa negosiasi merupakan suatu pekerjaan rumah yang sangat besar. Yang perlu dimintakan oleh Indonesia saat bernegosiasi adalah agar AS bisa melakukan penurunan tarif bea masuk sehingga daya saing produk Indonesia dapat tetap kompetitif di Negara tersebut.

Upaya negosiasi harus dilakukan oleh satu tim khusus yang dipimpin langsung oleh Presiden.

Saat melakukan negosiasi, Rhenald mengatakan pemerintah AS pasti akan menanyakan apa yang ditawarkan Indonesia. Menurut dia, tim tersebut harus bekerja dengan cermat untuk dapat mengetahui apa saja yang bisa ditawarkan kepada pemerintah AS.

Sebagai langkah awal, lanjut Rhenald, kita bisa melihat bahwa Indonesia mempunyai pasar domestik yang sangat besar.

Di sisi lain, sampai saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai, gandum dan jagung dalam jumlah besar. Hal inilah yang bisa meningkatkan posisi tawar Indonesia dengan menawarkan untuk mengalihkan impor tersebut ke AS.

Rhenald mengakui bahwa impor komoditas pertanian itu selama ini memang banyak dilakukan oleh pihak swasta. Namun, justru disitulah tantangan yang harus bisa diatasi pemerintah.

Komoditas lain yang bisa ditawarkan saat bernegosiasi adalah mengimpor produk alat kesehatan dari AS. Hal ini relatif lebih mudah dilakukan karena impor ini biasanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

Sebagai alat negosiasi, Indonesia bisa menawarkan untuk mengevaliasi kebijakan TKDN sehingga produk alat kesehatan dari AS dapat masuk ke pasar Indonesia secara lebih mudah.

Yang tak boleh dilupakan, Indonesia selama ini juga mengimpor minyak dalam jumlah besar. Pemerintah bisa menawarkan untuk mengalihkan impor minyak tersebut dari Amerika Serikat. “Saat ini AS sedang berupaya menghidupkan kembali bisnis karbon karena negara itu sedang menghasilkan minyak dalam jumlah besar.”

Secara paralel, Rhenald mengatakan Indonesia perlu segera mengevaluasi kebijakan di dalam negeri dengan melakukan deregulasi, aturan keuangan, aturan impor barang. Non tariff barrier tersebut perlu segera dievaluasi untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia saat melakukan negosiasi penurunan tariff bea masuk.

Upaya negosiasi untuk menurunkan tariff bea masuk Indonesia ke AS ini bukan bersifat jangka pendek dan reaktif, tetapi sesungguhnya merupakan program kerja jangka panjang yang bersifat struktural dan  melibatkan kerja tim, lanjutnya.

 

 

 

 

 

Exit mobile version