SURABAYA-—Belajarlah mengelola limbah kepada Putera Nusantara, sebuah brand UKM dari Surabaya. UKM yang didirikan oleh Wahyu Kusomo Hadi ini menyulap limbah akar kayu jati menjadi produk furnitur yang tidak saja untuk pasar lokal, tetapi juga ekspor.
Menurut Wahyu, usaha rutin memproduksi peralatan dan perlengkapan untuk rumah tangga, restoran dan hotel maupun kafe. Produknya mulai item kecil dari talenan, mangkok , piring, sendok , garpu, sumpit hingga meja, kursi dengan total 125 item. Saat ini Putera Nusantara Group diperkuat delapan karyawan.
“Untuk total produksi saat ini tiga ribu hingga empat ribu buah per bulan dari kapasitas produksi bisa mencapai 10.000 pieces/buah per bulan,” ungkap Wahyu kepada Peluang, Senin (30/12/19).
Putera Nuantara mematok harga jual mulai Rp25.000 per buah untuk sendok, garpu, sumpit , tempat sambal dan sebagainya, sementara untuk meja dan kursi kafe mencapai Rp3,5 juta per set.
Produksi Nusantara untuk pasar lokal tidak saja untuk Surabaya, tetapi juga Jakarta, Bali, Batam, Balikpapan , Yogyakarta, Jepara dan Semarang. Sementara ekspor mencapai Prancis, Jepang dan Tiongkok.
“Omzet rata rata 60 juta rupiah per bulan, belum termasuk bila ada penjualan ekspor,” kata salah seorang pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya ini.
Capaian ini tidak mudah dan butuh perjuangan. Wahyu memulai usahanya dengan bahan dasar batok kelapa dan kulit kerang.
“Dengan modal awal Rp10 juta dan status masih kerja ikut orang, kami mencoba membuat beberapa model. Setelah itu kami coba jual atau tawarkan di Bali. Kami titipkan di sebuah restoran di daerah jalan By pass Ngurah Rai. Namun sampai tiga berjalan penjualan tidak seperti yang diharapkan,” tutur Wahyu.
Wahyu kemudian menawarkan ke teman teman lingkungan kerja istrinya. Pada 2007 dia ikut event pameran di beberapa mall. Pada waktu ini dia mengganti bahan mentahnya dengan limbah akar kayu jati.
“Alhamdulillah mulai ada respon yang bagus. Mulai 2010 kami mulai fokus dengan usaha tersebut dengan nama Putera Nusantara,” ucapnya.
Saat ini Putera Nusantara seperti banyak UKM lain berhadapan dengan kondisi ekonomi saat ini. Produksi furniture dilakukan hanya berdasarkan pesanan. Menurut Wahyu, konsumen saat ini lebih mengutamakan belanja kebutuhan utama sedang belanja keinginan masih jadi prioritas ke sekian
“Supaya operasional bisa tetap berjalan kami lebih sering ikut pameran. Walaupun cost operasional nya cukup besar,” tutup dia (Irvan Sjafari).