octa vaganza

PUSKOPCUINA: Keberhasilan Koperasi Miliki Indikator Profesional Dan Mandiri

Peluang, Jakarta – Federasi Pusat Koperasi Credit Union Indonesia (PUSKOPCUINA) berpendapat, di dalam pembentukan koperasi, harus memenuhi beberapa indikator bila koperasi tersebut dianggap benar yang berlandaskan berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat atas asas kekeluargaan.

Presiden Federasi PUSKOPCUINA, Marselus Sunardi menyampaikan, koperasi yang benar melalui pengamatannya itu minimal memiliki empat indikator agar tercapai kesejahteraan bagi masyarakat luas. Indikator pertama, harus benar-benar mempersiapkan dirinya menjadi lembaga pelayanan keuangan yang profesional dan mandiri.

“Kalau pelayanan keuangan itu hanya asal-asalan tentu ini kan menyangkut kepercayaan. Orang tidak akan tertarik menjadi anggota koperasi, tidak berani menaruh dananya disana. Jadi pelayanan profesional dan mandiri,” ujar Sunardi kepada MajalahPeluang.com, Sabtu (14/1/2023).

Kedua menurut dia, adanya kegiatan pendidikan dan pelatihan yang terus menerus demi menunjang kebutuhan pembekalan pengetahuan bagi anggota koperasi dan berefek pada masyarakat luas.

“Kalau masyarakt bersedia untuk dilatih dan bersedia untuk maju, karena dengan pelatihan-pelatihan yang ada kita akan menyediakan sarana untuk membuka pola pikir, mengubah sikapnya untuk maju,” ungkap Sunardi.

Indikator yang ketiga menurut Presiden Federasi PUSKOPCUINA, harus ada kegiatan-kegiatan pemberdayaan bersama anggota. Kegiatan tersebut sangat penting menjadi anggota dan masyarakat yang mandiri berjiwa entrepreneurship yang bisa mengembangkan usaha sendiri. Koperasi tidak boleh membuka usaha yang menyaingi usaha-usaha anggota. 

“Kalau koperasi ingin maju buatlah anggota-anggotanya menjadi wirausahawan dan intrepreneurship yang maju. Karena dengan demikian mereka menggunakan uang yang ada di koperasi bisa dikendalikan itu menjadi dana murah,” tutur Sunardi.

Selanjutnya indikator keempat lanjut dia, harus ada kegiatan aksi-aksi solidaritas. Jadi komunitas-komunitas yang ada itu semakin ditingkatkan bukan soal keuangan, maka kalau di Puskopcuina itu selain punya komunitas usaha atau hobi tapi ada komunitas donor darah misalnya untuk kemanusiaan. 

“Hal-hal begini orang seringkali tidak memahaminya sebagai bentuk yang sungguh menjadi kebutuhan kita, dikira semuanya karena uang bagaimana kita mengganti dengan uang darah kalau dibutuhkan pada waktu tertentu, saya kira demikian,” ucap Sunardi.

Semoga masyarakat Indonesia menurut dia, semakin banyak yang menjadi anggota koperasi yang benar. Kalau menjadi koperasi yang benar itu semakin memberi manfaat pada kehidupan yang ada, anggota koperasi bisa semakin bermartabat dan sejahtera, meningkatkan kualitas hidup karena hasil-hasil yang diperoleh itu ada di dalam anggota koperasi dan masyarakat bukan memaksakan diri tergantung pada orang lain. 

Sunardi berharap, koperasi itu sangat cocok dengan kultur masyarakat Indknesia. Masyarakat Indonesia yang memiliki budaya gotong royong dan kerjasama bisa masih saling memberdayakan, meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui pengembangan koperasi.

“Semoga koperasi kita terus jaya, tidak tenggelam oleh krisis, kesulitan resesi apapun,” pungkasnya. (alb)

Exit mobile version