Tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat menunjukan perbaikan dari tahun ke tahun. Namun demikian, pemerintah masih perlu menggenjot upaya perlindungan konsumen jasa keuangan.
Berkembangnya layanan keuangan digital berpengaruh pada peningkatan literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Hal itu tercemin dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang diselenggarakan oleh OJK. Semakin meleknya publik terhadap layanan jasa keuangan diyakini dapat mendorong tingkat kesejahteraan.
Hasil SNLIK menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68% dan inklusi keuangan sebesar 85,10%. Hal ini berarti dari 100 orang terdapat hampir 50 orang yang mengerti dan paham manfaat maupun risiko produk layanan jasa keuangan (literasi). Sementara dari 100 orang, terdapat 85 yang sudah mengakses atau memiliki akun di lembaga keuangan (inklusi).
Untuk diketahui, OJK menyelenggarakan SNLIK bekerja sama dengan pihak lain setiap tiga tahun sekali. Survei pertama kali diadakan pada 2013. Dibandingkan hasil 2019, tingkat literasi dan inklusi keuangan publik pada tahun ini semakin baik. Tiga tahun silam, indeks literasi keuangan tercatat sebesar 38,03%, dan inklusi keuangan 76,19%.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi atau biasa disapa Kiki menjelaskan, SNLIK bertujuan untuk memetakan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat termasuk literasi keuangan digital.
“Hasil survei diharapkan dapat menjadi dasar bagi OJK dan seluruh stakeholders dalam membuat kebijakan, menyusun strategi, dan merancang produk dan layanan keuangan yang sesuai kebutuhan konsumen serta bisa meningkatkan perlindungan masyarakat,” ungkap Kiki.
Proses pengambilan data SNLIK 2022 dilaksanakan mulai Juli hingga September 2022 di 34 provinsi yang mencakup 76 kota/kabupaten dengan responden sejumlah 14.634 orang berusia antara 15 sampai dengan 79 tahun. Survei menggunakan metode wawancara secara tatap muka dan dibantu dengan sistem Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI).
Kiki menambahkan, OJK terus berupaya menggenjot inklusi keuangan di masyarakat antara lain melalui Bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang digelar pada Oktober lalu. Kegiatan BIK 2022 yang diselenggarakan di Central Park Mall, Jakarta pada 26 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2022 mengusung tema “Inklusi Keuangan Meningkat, Perekonomian Semakin Kuat”.
Rangkaian aktivitas BIK 2022 antara lain terdiri dari pemberian kredit atau pembiayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil melalui kegiatan business matching; penjualan produk dan layanan jasa keuangan berinsentif (pemberian discount, cashback, point, bonus atau reward); kegiatan pameran jasa keuangan, pembukaan rekening, polis, efek dan lainnya; termasuk kampanye dan publikasi program literasi dan inklusi keuangan, serta perlindungan konsumen.
BIK memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan masyarakat terhadap produk dan/atau layanan jasa keuangan sehingga dapat mendorong pencapaian target inklusi keuangan sebesar 90% pada 2024. Selain itu, mendukung pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional.
Peningkatan literasi dan keuangan masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari peran Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). Kiki berharap seluruh daerah di Indonesia mulai terbuka untuk mempercepat program TPAKD yang relevan bagi masyarakat di wilayahnya.
“OJK bersama pemerintah daerah dan pelaku usaha jasa keuangan ke depan akan terus meningkatkan kolaborasi dalam perluasan akses keuangan di daerah melalui program TPAKD dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional,” ungkap Kiki.
Sementara Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) yang berada di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian mengungkapkan perkembangan akses keuangan terus menunjukkan peningkatan,. Dalam laporan kinerjanya per Maret 2022 kantor layanan bank naik sebesar 17,23% (year or year/YoY), diikuti dengan kenaikan mesin ATM sebesar 11,15% (YoY), agen Layanan Keuangan Digital (LKD) naik signifikan sebesar 764% (YoY), agen Laku Pandai naik 27,88% (YoY), dan jumlah merchants QRIS juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 147,83% (YoY).
Sedangkan kenaikan jumlah rekening sebesar 27,63% (YoY), rekening kredit sebesar 114,51% (YoY), rekening kredit UMKM sebesar 145,76% (YoY), uang elektronik registered sebesar 56,83% (YoY), dan rekening pelajar santri sebesar 23,90% (YoY). Namun demikian, kualitas layanan jasa keuangan mengalami sedikit penurunan. Ini terlihat dari penyelesaian pengaduan pada Maret 2022 turun sebesar 1,06% (YoY) dan suku bunga riil turun sebesar 1,27% (YoY).
Meski menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun, namun masih besarnya kesenjangan antara tingkat literasi dan inklusi merupakan pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan, terutama oleh pemerintah. Selain itu, perlindungan terhadap konsumen jasa keuangan juga perlu ditingkatkan sebagai bagian dari upaya melindungi kepentingan publik sesuai amanat konstitusi. (Kur).