TAHUN lalu, PT Pegadaian (Persero) menutup 76 kantor cabangnya. Tak terelakkan karena ada wilayah yang tidak menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang. Selanjutnya, akan lebih dikedepankan sinergi kemitraan dengan agen untuk mendongkrak bisnis. Sudah terjalin 106 mitra dan pemasaran diperkuat melalui jalur digital, menggantikan kantor fisik.
Pegadaian memiliki 4.200 kantor. Hingga akhir 2019, total pembiayaan yang disalurkan BUMN ini mencapai Rp50,3 triliun. Jumlah nasabah yang dilayani mencapai 13,8 juta nasabah, tumbuh sekitar 3 juta nasabah dibandingkan akhir 2018. “Dividen kami ke negara tahun lalu Rp2,8 triliun. Tahun ini targetnya sama dengan tahun lalu,” ujar Direktur Penjualan Pegadaian, Damar Latri Setiawan.
Jika diperas, beritanya seperti itu. Laporan angka-angka makro semacam itu memang tak menjelaskan persoalan real di tingkat akar rumput. Kalau kita boleh bertanya, apa kepikiran oleh para petinggi di Pegadaian mengapa sepi transaksi? Apa mungkin karena tak ada lagi barang berharga yang layak digadaikan oleh masyarakat? Atau karena penetrasi pegadaian swasta yang lebih diterima masyarakat ketimbang Pegadaian?●
Tony Martin
Maumere, NTT
