
Peluang News, Jakarta – Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung telah beroperasi sejak 2 Oktober 2023.
Keberadaan moda transportasi massal ini tergolong sukses. Banyak masyarakat yang menggunakan jasa angkutan tersebut.
Selama Lebaran 2024, misalnya, Whoosh telah melayani 222.309 penumpang. Jumlah penumpang tertinggi mencapai 21.500 orang per hari.
Setelah hampir setahun beroperasi, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mulai mencicil pembayaran pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebesar US$1,2 miliar atau setara Rp 19,54 triliun.
Sedangkan pembayarannya menggunakan dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar US$230.995.000 dan 1.542.787.560 renminbi atau totalnya setara Rp 6,98 triliun.
Pinjaman dari CDB untuk menutup cost overrun proyek ini telah diterima PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemimpin konsorsium Indonesia di KCIC pada 7 Februari 2024.
General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengungkapkan, pembayaran cost overrun itu telah dilakukan mulai tahun ini sesuai alokasi yang sudah direncanakan.
“Kalau itu sudah kita mulai bayar, kan dari awal memang sudah mulai dialokasikan,” ujarnya saat ditemui di Depo Kereta Cepat Tegalluar, Bandung, Senin (29/7/2024).
Meski begitu, dia tidak merincikan nilai cost overrun yang telah dibayar menggunakan dana pinjaman CDB tersebut. Dia juga tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai skema pembayarannya.
Karena beban cost overrun itu telah mulai berkurang, KCIC kini dapat fokus untuk mendongkrak jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh agara dapat mencapai target 29.000 penumpang per hari.
Per Juli 2024, jumlah penumpang harian Whoosh telah mencapai 17.000-18.000 penumpang saat hari kerja dan 18.000-22.000 penumpang per hari saat akhir pekan.
“Untuk pembayaran-pembayaran itu sudah dialokasikan, makanya sekarang kita fokus untuk terus meningkatkan volume penumpang,” kata dia.
Pinjaman dari CDB langsung diteruskan ke anak usaha PT KAI yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) selaku konsorsium Indonesia di KCIC.
Pinjaman sebesar Rp 6,98 triliun ini digunakan untuk menutupi porsi cost overrun KCJB yang ditanggung oleh konsorsium Indonesia sebesar 75% dan 25%, sisanya akan dipenuhi dari penyertaan modal negara (PMN).
Sebagai catatan, total cost overrun KCJB yang telah disepakati oleh pemerintah Indonesia dan China sebesar US$1,2 miliar setara Rp 18,6 triliun. Cost overrun itu ditanggung oleh kedua belah pihak, di mana 60% ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan 40% ditanggung oleh konsorsium China. []