octa vaganza

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023 di Kisaran 4,7 Persen Hingga 5 Persen

Jakarta (Peluang) : Proyeksi sejumlah lembaga internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sejalan dengan target pemerintah di kisaran 5 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, pemerintah mencermati penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 dari sejumlah lembaga internasional. Hal itu dinilai wajar, karena terdapat tantangan berat dalam ekonomi global tahun depan.

Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 4,8 persen dari tahun 2022 yang diperkirakan mencapai 5,2 persen.

Asian Development Bank (ADB), yang awalnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan mencapai 5,4 persen. Namun, seiring gejolak ekonomi global, ADB merevisi proyeksinya tersebut menjadi 5 persen.

Selanjutnya, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) awalnya meyakini ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,3 persen tahun 2023.Namun Lembaga ini juga mengoreksi perkiraannya menjadi 4,7 persen.

Begitu pula dengan International Monetary Fund (IMF) pada awalnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akan berada di level 5,3 persen. Tapi kini, proyeksi itu menurun di angka 5 persen.

Kendati begitu, Airlangga menilai penurunan proyeksi itu wajar. Karena masih sejalan dengan perkiraan pemerintah, dari semua koreksi pertumbuhan ekonominya masih dikisaran 5,47 persen hingga 5 persen. 

“Semua koreksi sejumlah lembaga itu masih 4,7 persen sampai 5 persen. Angka pertumbuhan itu masih sejalan dengan perkiraan pemerintah,” kata Airlangga dalam seminar outlook Perekonomian Indonesia 2023 bertema ‘Resiliensi Ekonomi melalui Transformasi Struktural”, di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. Dengan kenyakinan bahwa pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 terus berlanjut. 

Meskipun proyeksi sejumlah lembaga internasional, lebih kecil. Namun  menurut Airlangga, pemerintah optimis target pertumbuhan ekonomi tersebut tercapai.

Apalagi diketahui bersama, kata Airlangga, Indonesia pernah menghadapi ketidakpastian, terutama pada saat menghadapi pandemi.

“Namun dengan kepemimpinan dan leadership Presiden yang tangguh, Indonesia meghadapi dengan adaptibility dan melalui resiliensi. Kita mengkoordinasikan sektor fiskal, moneter, maupun sektor riil,” kata Airlangga.

Bahkan jelas Airlangga, dalam  kepemimpinan Presiden Joko Widodo di G20 sudah berhasil mendapatkan beberapa komitmen strategis global yaitu pandemic fund sebesar USD 1,2 miliar.

Kemudian special drawing rights  dari IMF dalam bentuk resiliensi fund untuk berbagai negara sebesar USD 81,6 miliar dan mendorong perubahan iklim sebesar USD 100 miliar. Serta komitmen lingkungan memastikan 30 persen daratan dunia dan 30 persen laut di konservasi di tahun 2030, dan pengurangan degradasi tanah sebanyak 50 persen di tahun 2040 secara sukarela.

Selain itu, dalam G20 juga di selenggarakan partnership for global infrastrucktur investment dengan investasi sebesar Rp 600 miliar.

Exit mobile version