hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Protes Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu dan Tempe Sejabodetabek Mogok Produksi

JAKARTA—-Sekitar 10 ribu perajin dan  pedagang tahu dan tempe yang tergabung  DKI Jakarta dan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menghentikan produksinya sebagai protes atas kenaikan harga kedelai.

Menurut Ketua Induk Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Inkopti) Jakarta Selayan Sutaryo pemogokan yang berlangsung sejak Senin,  21 Februari hingga 23 Februari 2022 bertujuan agar Pemerintah mau menata tata niaga perdagangan kedelai.

“Pasalnya, setiap tahun kenaikan harga kedelai terus berulang, ini artinya Pemerintah tidak melakukan suatu kebijakan untuk melindungi para perajin tahu dan tempe yang notabene adalah pedagang kecil,” ujar Sutaryo ketika dihubungi Peluang, Senin (21/2/22).

Dia mengungkapkan perajin tahu dan tempe terdampak kenaikan harga ini dan menurunkan produksi hingga 30 persen. Para perajin juga sudah mengecilkan produknya.  Sementara di sisi lain para perajin tidak bisa menaikkan harga tahu dan tempe, karena daya beli masyarakat juga menurun.

Hal senada juga dinyatakan Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun. Semua produsen sudah tutup serentak.  Mereka yang tidak ditutup akan di-‘sweeping’ oleh teman-temannya sendiri.

Khairun menyatakan mereka terpaksa mogok agar pemerintah yakni Kementerian Perdagangan dapat melakukan intervensi atas harga kedelai impor yang saat ini mencapai Rp12.000 per kg di tingkat perajin. Sementara harga kedelai impor normalnya berkisar Rp9.500 sampai Rp10.000 per kg.

Sementara seorang perajin tempe di Johar Baru, Hairun mengungkapkan lonjakan harganya terlalu tinggi, dari biasanya Rp8.000 menjadi Rp12.000.  Sementara  dia menjual antara Rp5.000 hingga Rp.6000. Dengan lonjakan harga seperti itu, mau dinaikan berapa?

“Bagaimana kalau konsumen keberatan? Apa yang bisa diperbuat? Menaikan harga sebesar Rp500 hingga Rp1.000 belum tentu bisa diterima,” katanya.

Dia berharap harga kedelai kembali normal seperti sediakala.  Hairun tidak tahu lagi harus berbuat apa kalau harga tetap tinggi, sementara daya beli juga rendah (Irvan).  


pasang iklan di sini