Bisnis  

Prospek Harga Emas Dunia Dalam 100 Hari Presiden Trump

Penguatan Dolar AS, kenaikan pasar saham, minat terhadap aset digital seperti bitcoins dan yang lainya, perubahan sentimen geopolitik, dan kebijakan suku bunga menjadi faktor kunci dalam penurunan harga emas setelah pemilihan presiden AS yang baru.

Kendati Donald Trump baru akan dilantik pada bulan Januari tahun depan sebagai Presiden AS untuk periode 2024-2028, namun harga emas mengalami penurunan signifikan, mencapai lebih dari 3% dalam waktu singkat. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi penurunan harga emas saat ini meliputi:

Peningkatan Nilai Tukar Dolar AS

Penguatan dolar AS menjadi salah satu penyebab utama penurunan harga emas. Setelah pemilihan, banyak investor beralih ke dolar sebagai aset yang lebih stabil, mendorong indeks dolar (DXY) naik lebih dari 1,8% ke level tertinggi 106,00. Hal ini berdampak langsung pada harga emas, yang sering kali bergerak berlawanan arah dengan nilai dolar.

Janji Trump untuk menerapkan kebijakan ekonomi yang pro-bisnis, termasuk pemotongan pajak dan pelonggaran regulasi, telah mendorong kenaikan di pasar saham AS. Misalnya, indeks S&P 500 dan Dow 30 futures menunjukkan kenaikan signifikan. Kenaikan ini mengurangi minat investor terhadap emas, yang biasanya dianggap sebagai aset safe haven di saat volatilitas pasar.

Riset Morgan Stanley memperkirakan bahwa perluasan pemotongan pajak tahun 2017 di zaman kepemimpinan Trump dulu, akan meningkatkan defisit anggaran AS secara tajam, dan membuat dolar AS semakin menguat. Kenapa demikian? Karena dengan adanya defisit, bank sentral dapat menerapkan suku bunga tinggi guna menarik dolar dari pasaran. Hal ini mungkin akan terulang lagi di masa kepemimpinan Trump saat ini.

Ada alasan-alasan lain mengapa dolar terdorong lebih tinggi karena beberapa mata uang Eropa dan Asia mengalami pertumbuhan yang lesu. Perekonomian AS relatif tangguh menghadapi inflasi dan suku bunga yang tinggi, sementara zona Euro mengalami perlambatan ekonomi dan China serta Jepang mengalami hal yang sama.

“Dolar AS telah menjadi sangat kuat karena AS diperkirakan akan memimpin pemulihan ekonomi dunia,” kata Louis Navellier, ketua dan pendiri Navellier & Associates.

Meningkatnya Minat Terhadap Bitcoin

Kenaikan harga Bitcoin juga menarik perhatian investor, dengan banyak yang beralih dari emas ke cryptocurrency ini. Janji Trump untuk menciptakan regulasi yang lebih longgar bagi mata uang kripto membuat Bitcoin menjadi pilihan investasi alternatif yang menarik, saat ini bitcoin naik di level $81.000 atau setara dengan Rp1.400.000.000.

Sentimen Geopolitik

Klaim Trump bahwa ia dapat menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina dalam waktu singkat mengurangi kekhawatiran geopolitik yang biasanya mendorong permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Dengan berkurangnya ketidakpastian ini, banyak investor merasa lebih nyaman untuk berinvestasi di aset lain, dan mengurang investasi mereka di emas

Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve

Kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan memangkas suku bunga secara aktif turut berkontribusi pada penurunan harga emas. Dengan suku bunga diperkirakan tetap tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat, menjadikan aset yang memberikan imbal hasil lebih menarik dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil.

Secara keseluruhan, kombinasi dari penguatan dolar, kenaikan pasar saham, minat terhadap asset digital seperti bitcoins dan yang lainya, perubahan sentimen geopolitik, dan kebijakan suku bunga menjadi faktor kunci dalam penurunan harga emas setelah pemilihan Trump.

Kendati ada rencana pemangkasan suku bunga 25 bps lanjutan oleh bank sentral AS (Fed) pada Desember 2024, namun nampaknya hal itu akan dijadikan sebagai alasan teknikal rebound jangka pendek pada fase penurunan trend emas. Kenapa demikian? Hal itu lebih dilatarbelakangi karena trend penurunan suku bunga saat ini karena alasan turunnya inflasi, dan bukan karena kekhawatiran resesi ekonomi.

Exit mobile version