PROSPEK BURSA SAHAM WALL STREET 2025

Kinerja pasar saham AS akan dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, pencapaian perusahaan, sentimen investor, dan stabilitas global.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) telah melewati pemilu dengan kemenangan Donald Trump sebagai presiden. Pasca pemilu pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan stabil diangka 2,3% pada tahun 2025 dan 2,0% pada 2026. Inflasi diperkirakan meningkat sebesar 2,5%-3% dan tingkat suku bunga sebesar 3,75%-4%.

Produktivitas dan potensi pertumbuhan diprediksi meningkat yang mendukung suku bunga kebijakan yang lebih tinggi. Pertumbuhan pendapatan riil solid dengan neraca keuangan yang sehat. Kebijakan fiskal mendukung investasi swasta dan publik. Pasar tenaga kerja menjadi perhatian utama.

Pasar pada akhirnya mengantisipasi bahwa pemotongan pajak perusahaan, dorongan deregulasi yang kuat, dan kondisi keuangan yang lebih mendukung akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat pada tahun 2025, yang sekarang di 2,5% (Q4) dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,2%.

Meski demikian, dampak buruk dari perang dagang dan kebijakan moneter yang lebih ketat diperkirakan akan mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi AS pada tahun selanjutnya. Menurut Goldman Sachs, kemenangan Partai Republik dalam pemilihan umum baru-baru ini kemungkinan akan membawa perubahan kebijakan di tiga bidang utama.

Pertama, diprakirakan kenaikan tarif impor dari RRT dan otomotif yang menaikkan tingkat tarif efektif sebesar 3-4%. Kedua, kebijakan yang lebih ketat akan menurunkan imigrasi bersih menjadi 750 ribu per tahun, sedikit di bawah rata-rata sebelum pandemi sebesar 1 juta per tahun. Ketiga, inflasi PCE inti diperkirakan akan melambat setengah poin tahun depan menjadi sebesar 2,3%. Goldman Sachs memperkirakan the Fed akan memangkas 75bps lagi di akhir 3Q25, kemudian berhenti di level 3,75%.

Menurut Morgan Stanley, arus imigrasi yang lebih rendah dan lebih banyak tarif memperlambat pertumbuhan PDB dan membuat inflasi lebih tinggi. Tekanan inflasi yang baru terjadi dan ketidakpastian kebijakan yang luas memicu kehati-hatian The Fed yang lebih besar, yang mengarah ke jeda di 2Q.

Ketika tarif yang lebih tinggi menekan pertumbuhan dan kenaikan lapangan kerja hampir berhenti di 2026, penurunan suku bunga dilanjutkan. Kemajuan inflasi diproyeksikan akan berlanjut hingga tahun 2025. Dengan latar belakang tersebut Morgan Stanley memprediksi FOMC tetap berada di jalur untuk menurunkan suku bunga.

Tarif baru diprakirakan akan diterapkan secara bertahap dan sebagian besar berdampak pada tahun 2026. Namun, lembaga investment banking itu memperkirakan satu kali penurunan suku bunga pada tahun 2025, membuat kebijakan moneter sedikit lebih ketat saat peluncuran tarif China dimulai.

Dalam pernyatan terbaru Morgan Stanley mengungkapkan, “Kebijakan perdagangan Amerika kemungkinan akan berubah ke arah yang lebih ketat. Selama kampanyenya sebagai presiden, Donald Trump berulang kali berjanji untuk memberlakukan tarif 10% di seluruh dunia dengan pungutan 60% yang diterapkan ke China. Biaya tarif, yang merupakan pajak atas barang impor, umumnya ditanggung oleh konsumen. Kenaikan tarif sebesar yang diancamkan Trump akan menyebabkan peningkatan inflasi nyata tahun depan, sekaligus mengurangi laju pertumbuhan ekonomi secara signifikan, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di banyak negara lain. Kami telah menaikkan perkiraan inflasi AS untuk tahun depan, sekaligus menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB riil AS”.

Pergerakan bursa saham Wall Street di akhir tahun 2024 menunjukkan dinamika yang menarik, dipengaruhi oleh berbagai faktor politik dan ekonomi. Sementara index saham Dow Jones, Nasdaq, S&P terus membentuk level tertinggi baru di tengah dinamika pasar yang fluktuatif dan gejolak geopolitik yang panas.  Berikut adalah momen penting yang turut berpengaruh pada pergerakan pasar saham Wall Street:

Respons Terhadap Pemilihan Presiden

Setelah pemilihan presiden AS pada November 2024, Wall Street mencatatkan penguatan yang signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 mencapai rekor tertinggi baru, dengan DJIA naik lebih dari 1000 poin pada hari pemilihan. Kemenangan Presiden terpilih Donald Trump memicu optimisme di kalangan investor, yang berharap akan ada kebijakan yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk deregulasi dan pemotongan pajak.

Kenaikan Indeks dan Profit Taking

Setelah lonjakan pasca pemilu, pasar mengalami aksi profit taking atau penurunan kendati bersifat terbatas. Pada awal November, DJIA dan S&P 500 menunjukkan kenaikan mingguan yang kuat, tetapi kemudian stabil setelah investor mulai mengambil keuntungan dari kenaikan tersebut. Meskipun ada fluktuasi, ketiga indeks utama tetap berada di jalur untuk mencatatkan performa yang solid menjelang akhir tahun.

Kebijakan Federal Reserve

Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November, yang memberikan angin segar bagi pasar saham. Namun, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter di masa depan tetap ada, terutama dengan adanya kekhawatiran inflasi akibat pertumbuhan yang lebih cepat dan tarif baru. Para analis memperkirakan bahwa kebijakan fiskal di bawah pemerintahan baru akan menjadi fokus utama bagi investor.

Sektor-Sektor Kunci

Sektor teknologi dan produsen semikonduktor menjadi pendorong utama kenaikan indeks. Lonjakan harga saham di sektor ini terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah yang mempertimbangkan tarif tambahan untuk penjualan perlengkapan semikonduktor ke China. Selain itu, kenaikan upah dan harga komoditas juga memberikan dukungan positif terhadap pasar.

Proyeksi Bursa Saham

  1. Pertumbuhan Ekonomi AS

Dana Moneter Internasional (IMF) telah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2025 menjadi 2,3%. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh konsumsi yang lebih kuat dari yang diperkirakan, berkat kenaikan upah dan harga aset. Pertumbuhan ekonomi yang positif cenderung meningkatkan kepercayaan investor, yang dapat mendorong kenaikan indeks saham seperti Dow Jones, Nasdaq dan S&P 500.

  1. Kinerja Perusahaan Yang Baik

Sektor-sektor tertentu, terutama teknologi dan keuangan, diharapkan akan terus menunjukkan kinerja yang solid. Jika perusahaan-perusahaan besar di indeks Dow Jones melaporkan laba yang lebih baik dari ekspektasi, ini dapat mendorong kenaikan harga saham mereka dan, pada gilirannya, meningkatkan indeks secara keseluruhan. Hal itu didukung oleh rencana pemangkasan beban pajak perusahaan oleh pemerintah Trump.

  1. Sentimen Investor

Sentimen positif di pasar, termasuk reaksi terhadap kebijakan moneter dari Federal Reserve dan data ekonomi yang menggembirakan, dapat memberikan dorongan tambahan bagi pasar saham. Jika investor merasa optimis tentang masa depan ekonomi dan kebijakan suku bunga yang stabil, mereka lebih cenderung untuk berinvestasi di pasar saham.

  1. Stabilitas Global

Kondisi stabil di pasar global juga berkontribusi pada prospek positif untuk Dow Jones. Meskipun ada risiko terkait konflik internasional dan ketegangan perdagangan, jika situasi global tetap terkendali, ini dapat mendukung pertumbuhan pasar saham AS.

Secara keseluuhan, kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang kuat, kinerja perusahaan yang baik, sentimen investor yang positif, dan stabilitas global dapat menjadi alasan utama mengapa bursa saham Wall Street diperkirakan akan naik pada tahun ini.

  1. Octa Investama Berjangka (OIB) menyediakan pelatihan tanpa dikenakan biaya, untuk mempelajari peluang-peluang yang ada di pasar uang, indek saham luar negri dan pasar komoditas. Di samping itu Anda akan mendapatkan AKUN DEMO yang dapat digunakan untuk latihan bertransaksi terhadap produk tersebut di atas secara live. OIB merupakan perusahaan yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut: www.octa.co.id

Disclaimer : Transaksi Perdagangan berjangka komoditi atau trading derivative memiliki potensi keuntungan dan risiko kerugian yang tinggi.

Exit mobile version