
Peluang News, Jakarta – Program Business Scale Up Chalange (BSUC) 2023 menerjunkan tim penilai ke empat finalis pelaku UMKM, yakni; Ifi Dry Food, SuFarm (Superb Farming Quality), Lapak Cindo dan Namina Digital Indonesia, di lokasi usaha mereka.
Keempat finalis tersebut dikunjungi langsung oleh Hayed Investama Mandiri yang terdiri dari, Yuadianto Tri, Natasha Ichsani dan Dian. Sementara dari Dokter Keuangan adalah Yudi Qurbani, Heru Aris Purwanto, Rahadyan Prabasworo dan Amanda Dhiyantasya Rosiarto.
Sebagaimana diketahui, Program BSUC merupakan kolaborasi Hayed Investama Mandiri dan Dokter Keuangan, sebagai arena pengusaha muda memperebutkan peluang pendanaan guna mengembangkan bisnis.
Menurut Yudianto Tri, dengan adanya pendanaan dan dukungan dari Hayed Investama Mandiri, peluang mereka untuk sukses dalam mengembangkan bisnis semakin terbuka lebar. “Diharapkan, kesuksesan para finalis BSUC akan memberikan inspirasi kepada pengusaha muda di Indonesia untuk giat berinovasi dan mengembangkan bisnisnya di berbagai bidang industri,” ucap Yudianto Tri, kepada peluangnews.id, Rabu (18/9/2024)
Sementara itu, Yudi Qurbani dari Dokter Keuangan, menyatakan dengan adanya kunjungan ke lapangan ini untuk dapat berinteraksi langsung dengan para finalis. Tim mengamati secara langsung operasional bisnis mereka. “Selama pertemuan tersebut, para finalis akan diminta untuk menyampaikan rencana bisnis mereka dan melakukan diskusi mendalam mengenai pendanaan, pembagian keuntungan dari investasi, serta manajemen keuangan yang akan dijalankan,” ujarnya.
Dalam kunjungan finalis Program BSUC ke Ifi Dry Food yang berlokasi di Jl. H. Mawi No. 9, Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat, pada Selasa 10 September lalu, diketahui beberapa hal yakni berupa:
1. Pemanfaatan Kelebihan Supply
Produksi Ifi Dry Food menawarkan solusi terhadap kelebihan supply dan terbatasnya demand. Produk yang berlebih dapat diambil oleh Ifi untuk diolah menjadi powder.
2. Produk yang Sudah Berjalan
Saat ini, Ifi Dry Food telah memproduksi tepung bawang merah dan jamur sebagai produk unggulan. Kerjasama juga sudah dijalin dengan beberapa perusahaan besar seperti Lemonilo dan Tropicana Slim melalui Maclone Pabrik.
3. Dukungan untuk Bisnis Skala Besar
Ifi memberikan dukungan kepada usaha yang lebih besar, khususnya yang sudah memiliki izin BPOM. Namun, Ifi Dry Food menghadapi kendala untuk langsung masuk ke brand-brand besar karena belum memiliki sertifikasi BPOM.
4. Potensi Bisnis yang Menjanjikan
Potensi bisnis Ifi Dry Food sangat besar, mengingat banyak brand besar mengambil bahan baku dari China. Meski demand tinggi, Indonesia belum bisa menyediakan pasokan besar, sehingga masih menunggu momen panen raya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kunjunag ke finalis SuFarm (Superb Farming Quality), yang beralamt di Jl. H. Mawi No. 9, Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat, pada Selasa 10 September lalu, diketahui sebagai berikut:
1. Core Business Ekspor-Import
Core business SuFarm adalah ekspor-impor kacang hijau dari Afrika dan Myanmar. Di Indonesia, kacang hijau tersebut diproses menjadi tauge.
2. Kerjasama dengan Petani SuFarm bekerja langsung dengan petani lokal melalui beberapa opsi, baik untuk menangani overproduksi (panen berlebih) maupun berdasarkan request kerja sama.
3. Potensi Ekspansi
Jika SuFarm ingin berkembang lebih besar, diperlukan sistem pola tanam yang terencana agar produksi bisa lebih stabil dan terukur.
Semenytara itu, dalam kunjungan finalis UMKM Lapak Cindo, berlokasi di Jl. Raya Sumberjaya No. 13, Sumberjaya, Kec. Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sejumlah informasi dikumpulkan, seperti;
1. Penjualan Bahan Baku Pempek
Lapak Cindo berfokus pada penjualan bahan baku untuk pembuatan pempek, termasuk 10 varian ikan seperti ikan tenggiri, gabus, kakap, surimi, parang-parang, dan lain-lain. Semua bahan berasal dari seluruh penjuru Indonesia, menjadikannya sebagai penyedia bahan ikan terlengkap.
2. Zero Waste
Lapak Cindo menerapkan prinsip zero waste dengan memanfaatkan seluruh bagian ikan. Daging dan kulit dijual sebagai bahan pempek, sementara jeroan dijual ke sektor lain sebagai pakan ternak, sehingga mengoptimalkan setiap bagian dari ikan yang diambil.
3. Edukasi dan Pengembangan Pasar
Lapak Cindo mengembangkan pasar dengan edukasi berbasis pempek, serta mengadakan kelas memasak berbayar yang dilakukan secara online dan offline. Bahan-bahan pempek dikirim ke seluruh pulau, memungkinkan peserta dari berbagai daerah untuk ikut serta. Program ini juga bertujuan untuk mengembangkan masyarakat sekitar agar bisa menjadi pedagang pempek, serta
memastikan pasokan bahan baku dari Lapak Cindo.
4. Kerjasama dan Proses Produksi
Lapak Cindo bekerja sama dengan penggilingan ikan untuk memastikan bahan berkualitas terbaik. Proses ikan yang dihasilkan juga lebih segar dan “glowing,” meningkatkan daya tarik produk akhir.
5. Segmen Pasar B2B dan B2C
Lapak Cindo melayani segmen Business to Business (B2B) untuk bahan baku, dan Business to Consumer (B2C) untuk produk jadi seperti pempek, serta menjual beragam makanan khas Palembang lainnya.
6. Hulu ke Hilir
Lapak Cindo memiliki kendali penuh dari hulu ke hilir, mulai dari penyediaan bahan baku hingga produksi dan distribusi produk jadi.
7. Canvassing dan Pendekatan Lokal
Untuk meningkatkan penjualan, Lapak Cindo melakukan canvassing door to door, yang terbukti efektif menghasilkan penjualan bahan baku olahan ikan.
8. Pertumbuhan yang Terukur
Lapak Cindo tidak ingin melakukan ekspansi secara cepat dan tidak terkontrol (kick and run). Ada beberapa calon mitra yang tertarik membuka gerobak, namun ditolak karena belum siap dan dikhawatirkan tidak mampu menangani permintaan yang tinggi.
9. Pendanaan dan Ekspansi
Saat ini, Lapak Cindo sedang mempersiapkan pendanaan untuk modal guna membuka cabang di Grand Wisata, dengan kebutuhan SDM manajerial yang lebih terlatih untuk mendukung ekspansi ini.
Dalam kesempatan kunjungan ke Finalis UMKM Namina Digital Indonesia, di Jl. Surakarta Perum Taman Bilqis Regency, Blok. B5, Kab. Cianjur, pada Rabu, 11 September 2024. Dari Hayed Investama Mandiri terdiri dari Yuadianto Tri, Edwin Frymaruwah dan Dina. Dari Dokter Keuangan; Yudi Qurbani, Rahadyan Prabasworo dan Arina Durasita Birulangit. Diketahui beberapa hal penting terkait usaha ini, yakni:
1. Asal-Usul Bisnis
Bisnis ini berawal sebagai usaha konveksi pada tahun 2020, dengan fokus awal pada kaos sablon.
Selama pandemi Covid-19, bisnis ini mengalami pengembangan yang signifikan, termasuk dalam hal relasi dan perluasan usaha.
2. Pengembangan Batik Khas Cianjur-Sukabumi
Namina Digital Indonesia fokus pada pengembangan Batik khas Cianjur dan Sukabumi yang bertujuan untuk mengangkat ikon daerah tersebut. Usaha ini didukung oleh kerjasama dengan LPS Cianjur dan Sukabumi, termasuk penyelenggaraan sekolah pengembangan Batik.
3. Kolaborasi
Namina Digital Indonesia aktif berkolaborasi dengan UMKM lain untuk produksi dan saling mendukung dalam pemasaran produk. Kolaborasi ini memperkuat ekosistem UMKM di Cianjur dan Sukabumi.
4. Sistem Order dan Strategi Bisnis
Sebagian besar pesanan menggunakan sistem pre-order (PO) dengan strategi Business to Business (B2B), yang menyumbang 80% dari total omset. Produk yang siap dijual langsung hanya baju anak, yang memiliki perputaran stok cepat.
5. Kualitas dan Pertumbuhan Omset
Namina Digital Indonesia selalu mengutamakan kualitas yang konsisten untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan. Omset bulanan rata-rata mencapai Rp 35 juta, dengan sebagian besar pendapatan berasal dari pasar B2B. (Aji)