Peluangnews, Jakarta – Produsen pengolahan berbagai jenis makanan dan minuman melihat beberapa kemungkinan, alternatif investasi pengembangan perikanan keramba jaring apung (KJA) dan tangkapan serta wilayah (penangkapan) perairan kepulauan, laut lepas terutama WPP (Wilayah pengelolaan perikanan) yang potensial, terutama Maluku, Maluku Utara.
“Kalau disana, airnya bersih. Kalau konsumen di China mungkin mau kondisi kerapu yang masih mulus. Kerapu dibutuhkan pasar China. Kerapu adalah ikan karang,” ujar produsen swasta nasional Indonesia tersebut mengatakan kepada Redaksi, Kamis (6/7/2023).
WPP 718 meliputi perairan laut Aru, Arafura, dan laut Timor bagian Timur; WPP 715 meliputi perairan Teluk Tomini, laut Maluku, laut Halmahera, laut Seram, dan Teluk Berau; dan WPP 714 meliputi perairan Teluk Tolo, serta laut Banda. Usaha perikanan di kepulauan Aru, Maluku juga dilengkapi pelabuhan sehingga usaha perikanan semakin menggeliat. Eksplorasi mutiara di Kepulauan Aru, Maluku juga berhasil tembus pasar dunia, termasuk Hongkong, Taiwan.
“Kalau terkait dengan usaha perikanan KJA (keramba jaring apung) harus diawasi juga lingkungan sekitarnya. KJA bisa berlumut. Jaring/jala KJA nya harus special. Kedua, serangan ikan dari luar (predator), umumnya ikan gergaji. Jala/jaring bisa digergaji. Ada usaha pengembangan budidaya, perikanan tangkap di Maluku. Potensinya bagus, tapi lingkungan harus diawasi (antisipasi berbagai hal),” katanya.
Lebih dari 70 persen wilayah Maluku merupakan perairan laut, yang dikelilingi oleh 5 dari 11 WPP yakni Laut Seram, Laut Banda, Samudera Pasifik, Laut Arafura dan Laut Timor, Laut Sulawesi dan Laut Halmahera Utara. Potensi perikanan Maluku mencapai 2.360.000 ton/tahun atau 36 persen dari total potensi perikanan 11 WPP. Maluku memiliki jumlah pulau sebanyak 1.399 pulau, terletak di wilayah segitiga karang dunia (CTI). “Ada teluknya di Maluku Utara, termasuk Morotai. WPP Bitung (Sulawesi Utara) juga potensial. Kalau lihat (pertimbanga) logistik, inventory (usaha perikanan), maunya Bitung, banyak (pelaku usaha) yang sudah kerjasama dengan perusahaan Jepang,” ungkapnya.
Produsen pengolahan merespons rencana investasi ataupun penjajakan kerjasama usaha perikanan asal Shenzhen (China). Para pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Shenzhen tertarik mengembangkan usaha perikanan budidaya ataupun tangkapan melalui skema kerjasama. Selama ini, Shenzhen sudah sangat dikenal dengan kemajuan teknologi. Salah satunya teknologi pengolahan usaha perikanan.
Perwakilan CCPIT Shenzhen Zhang Peng melihat prospek kerjasama dengan produsen pengolahan makanan di Indonesia sangat terbuka. Selain posisi strategis Shenzhen, yang dekat dengan Hongkong, juga satu jalur dengan beberapa kota besar seperti Beijing, Guangzhou, Shanghai. “Kami punya teknologi, tapi minim sumber daya alam terutama perikanan. Pasar China butuh ikan kerapu, baik budidaya maupun tangkapan,” ucap Zhang Peng mengatakan kepada Redaksi. (alb)