Industri kelapa sawit Indonesia diyakini akan terus memberikan kontribusi terhadap devisa Indonesia. Saat ini kelapa sawit Indonesia berkontribusi 25% terhadap produksi minyak nabati dunia, dan 59% terhadap produksi kelapa sawit dunia. Pada sisi lain, pemerintah mencatat industri kelapa sawit menyediakan 16 juta lapangan pekerjaan, termasuk petani skala kecil.
Sebagai bagian dari upaya mendukung industri kelapa sawit Indonesia, pemerintahan Prabowo Subianto telah menerapkan mandat 35% biodiesel berbasis sawit untuk kendaraan dan industri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan kelapa sawit domestik, mengurangi impor bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Adaptasi B35 pada 2023 telah menghasilkan penurunan ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil. Tindakan ini telah menghemat biaya lebih dari US$7,9 miliar untuk impor bahan bakar fosil. “Ke depan Indonesia menargetkan pengembangan B50 yang menggambarkan perubahan kebijakan energi serta mendukung agrikultur lokal,” ujar Sudaryono.
Meski begitu, kebijakan mengarahkan sawit menjadi bahan bakar B50 ini diakui secara tidak langsung akan menyedot kebutuhan sawit untuk industri. Karena itu pemerintah menyiapkan lima skenario untuk mendukung produksi sawit dalam negeri.
Pertama, penanaman kembali untuk petani kecil melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Ditargetkan 120 ribu hektare/tahun dengan dana hibah dari pemerintah Indonesia senilai Rp60 juta/ha yang telah dimulai sejak 2017. Ia berharap petani sawit menggunakan bibit sawit yang sudah bersertifikat. Jangan lagi membeli bibit melalui online.
Kedua, medukung perusahaan perkebunan untuk meningkatkan hasil dengan mengimplementasikan praktik pertanian yang lebih baik dengan varietas unggul. Skema ketiga, menantisipasi stigma negatif. Produksi minyak kelapa sawit dikritik karena menyebabkan deforestasi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan emisi gas rumah kaca. Maka, harus diterapkan sistem sertifikasi minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan kebijakan perubahan penggunaan lahan yang lebih ketat.
Skenario keempat, inisiatif peningkatan hasil dengan penekanan pada best practices pada manajemen agrikultur, material tanam unggul dan perbaikan teknik panen. Strategi kelima, investasi pada riset dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggul, varietas yang kebal penyakit dan mengembangkan pupuk yang efisien dan ramah lingkungan.●