octa vaganza

Produksi CPO 2020 Capai 52, 14 Ton, Indonesia Butuh Produk Hilirisasi

JAKARTA—Indonesia mampu memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) pada 2020 dengan capaian 52,14 juta ton.

Produksi yang berlimpah ini membuat Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan produk hilir turunan minyak sawit.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menyampaikan potensi itu didukung  jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa untuk produk hilir minyak sawit pangan, personal wash, personal care, hingga biofuel.

“Saat ini sektor industri kelapa sawit bagi ekonomi nasional menyumbang devisa ekspor lebih dari Rp300 triliun per tahun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang,” ujar Putu Juli, Kamis (21/10/21).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ekspor sawit Indonesia pada 2018 dengan berat bersih mencapai 29,3 juta ton dan 2019 mencapai 29,5 juta ton, turun karena pandemi pada 2020 sekitar 27,3 juta ton dengan dua negara tujuan utama, yaitu India dan Tiongkok.

Lembaga ini mencatat ekspor komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) naik mencapai 168,68% year on year (yoy) pada neraca dagang Agustus 2021

Putu Juli menambahkan indutri sawit mempu menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa, menggerakkan aktivitas produktif daerah 3T (terluar, terpencil, dan tertinggal), serta menjaga kedaulatan ekonomi dan teritorial di perbatasan negara.

Kemenperin fokus untuk menjalankan kebijakan hilirisasi industri berbasis minyak sawit. Upaya strategis ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal sekaligus mendorong masuknya investasi dan pendalaman struktur manufaktur dalam negeri.

Indikator keberhasilan hilirisasi industri minyak sawit dalam negeri adalah ratio volume ekspor antara bahan baku (CPO/CPKO) dibandingkan produk olahan.

Pada kurun waktu 2016 – 2020, ratio volume ekspor bahan baku dengan produk olahan berada di tingkat 20% vs. 80%. Pada tahun 2021 s.d. bulan Agustus 2021, ratio volume ekspor meningkat menjadi 9,27% vs. 90,73% (data GAPKI diolah Kemenperin).

Saat ini, lebih dari 160 ragam jenis produk hilir olahan minyak sawit telah mampu diproduksi di dalam negeri, di antaranya untuk keperluan pangan, fitofarmaka, bahan kimia (oleokimia), hingga bahan bakar terbarukan (biodiesel).

Angka ragam jenis ini mengalami peningkatan yang signifikan dari ragam jenis pada 2011 yang hanya mencapai 54 jenis produk saja.

Kemenperin memproyeksi nilai ekonomi sektoral industri perkelapasawitan dari hulu sampai hilir mencapai Rp750 triliun per tahun, di mana Rp. 300 triliun disumbang dari devisa ekspor.

Angka ini belum termasuk multiplier effect dari sektor penunjang jasa industri sampai jasa terkait lainnya yang timbul karena keberadaaan industri perkelapasawitan di seluruh Indonesia.

Putu Juli mencatat  pada masa pandemi ini, produk oleokimia Indonesia juga diminati konsumen global sebagai bahan sanitasi.

Hal ini berdampak pada kinerja ekspor produk personal wash pada periode Januari-Mei 2021 yang tumbuh sebesar 10,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Volume ekspor selama lima bulan tahun ini mencapai 1,64 juta ton atau senilai  1,53 miliar dolar AS.

Sumber bahan baku industri hilir sawit berasal dari perkebunan rakyat, dengan luasan mencapai 44% atau 7,17 juta hektare dari total 16,3 juta hektare luas kebun sawit Indonesia.

Rantai nilai industri kelapa sawit telah tersambung mulai dari kebun, pabrik kelapa sawit, industri hilir hingga konsumen akhir, menjadikan sektor ini berpotensi sebagai penghela pemulihan ekonomi nasional dalam rangka persiapan skenario pascapandemi.

Exit mobile version