
Peluang News, Jakarta-Produk biomassa Indonesia, yakni cangkang inti sawit (palm kernel shell/PKS) dan wood pellet, mencatat transaksi senilai Rp1,04 triliun dalam Forum Bisnis Misi Dagang Kementerian Perdagangan yang digelar di Osaka, Jepang, Rabu (11/6).
“Perusahaan Jepang telah menandatangani komitmen impor 640 ribu ton PKS dan wood pellet untuk kebutuhan energi terbarukan di Jepang,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi.
Ia menjelaskan, Jepang sedang dalam transisi menuju kendaraan listrik untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2050. “Ini peluang emas bagi Indonesia untuk memasok energi terbarukan ke industri otomotif Jepang,” ujar Puntodewi.
Ia menambahkan, produk energi terbarukan dari sawit seperti PKS, tandan buah kosong (EFB), dan batang kelapa sawit, serta wood pellet, memiliki emisi gas rumah kaca yang sangat rendah. “Setiap ton PKS yang digunakan dapat menurunkan emisi CO₂ sebesar 0,94 ton,” tegasnya.
Saat ini, produksi PKS Indonesia mencapai 14 juta ton per tahun, dan sekitar 35 persen diekspor, terutama ke Jepang sebanyak 4,5 juta ton per tahun. “Permintaan Jepang diperkirakan meningkat hingga 7 juta ton per tahun pada 2025–2026. Ini membuka peluang besar untuk ekspor kita,” jelasnya.
Menurut Puntodewi, PKS sangat ideal sebagai bahan bakar padat ramah lingkungan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan industri. Selain itu, PKS juga dapat diolah menjadi arang aktif untuk pemurnian air dan udara.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Energi Biomassa Indonesia (Aprebi), Dikki Akhmar, menyatakan dukungannya pada upaya pemerintah agar produk PKS mendapat pengakuan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dari Jepang.
“Kami juga mendorong sosialisasi sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) agar lebih masif untuk produk biomassa dari hutan, seperti wood pellet dan wood chip,” kata Dikki. Ia menegaskan bahwa kesadaran terhadap produk berkelanjutan dan ekonomi hijau kini semakin tumbuh di tingkat global.
Puntodewi menambahkan, pemerintah berkomitmen meningkatkan ekspor biomassa ke Jepang sebagai bagian dari promosi ekonomi hijau. “Kami ingin menunjukkan bahwa kampanye negatif terhadap Indonesia tidak berdasar,” katanya.
Ia berharap misi dagang ini mendorong pelaku usaha energi terbarukan untuk mengembangkan pasar luar negeri. “Melalui sertifikasi berkelanjutan, kita perkuat daya saing dan komitmen terhadap perdagangan global yang ramah lingkungan,” ujar Puntodewi.
Sementara itu, Alexander dari PT Prima Khatulistiwa Sinergi menyampaikan apresiasinya atas dukungan Kemendag. “Kami terbantu oleh fasilitasi Kemendag dan ITPC Osaka. Forum bisnis ini mempererat kerja sama kami dengan mitra Jepang dan membuka peluang di sektor lain,” pungkasnya.