
Peluang News, Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menyatakan, pihaknya memimpin transisi energi dan dekarbonisasi di Pertamina Group dengan berbagai fokus pada pengembangan bisnis rendah emisi di tanah air.
CEO Pertamina NRE, John Anis mengatakan, dibentuknya Pertamina NRE ini merupakan salah satu bentuk komitmen Pertamina dalam mendukung pemerintah menuju target Net Zero Emission (NZE).
Apalagi, sebagai BUMN energi terbesar di Indonesia, Pertamina memiliki mandat untuk menjaga ketahanan energi sekaligus mendukung aspirasi karbon netral dan tetap berorientasi pada pertumbuhan bisnis.
“Hal ini dilakukan dengan menerapkan strategi pertumbuhan ganda, yaitu dengan cara memperkuat bisnis eksisting dan membangun bisnis rendah karbon,” kata John dalam keterangannya, Selasa (21/5/2024).
“Dengan demikian, maka Pertamina NRE menjadi ujung tombak dalam strategi membangun bisnis rendah karbon. Sejumlah portofolio bisnis pun menjadi prioritas strategis Pertamina NRE, di antaranya yaitu gas to power, geothermal, efisiensi energi, hidrogen bersih, dan energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Kemudian bisnis baterai, karbon, dam bioethanol,” jelasnya.
John memaparkan, pada 2029 mendatang, Pertamina NRE menargetkan kapasitas terpasang dari geothermal dan energi terbarukan lainnya mencapai sekitar 6 gigawatt (GW), kapasitas produksi bioethanol mencapai sekitar 630 ribu kilo liter (KL), kapasitas produksi hidrogen bersih mencapai sekitar 77 ribu ton per tahun (ktpa), dan kurang lebih 19 juta ton CO2 kredit karbon diperdagangkan.
Adapun beberapa inisiatif Pertamina yang dapat mendorong dekarbonisasi cukup signifikan untuk sektor hulu migas dan sektor industri lainnya tersebut antara lain yaitu efisiensi energi, carbon capture and storage (CCS/CCUS), serta kredit karbon berbasis solusi alam (nature based solutions/NBS) maupun berbasis teknologi.
“Khusus untuk kredit karbon, kami memperdagangkannya di bursa karbon dan transaksi perdagangan telah mencapai total volume sekitar 561 ribu ton CO2 hingga saat ini. Pembeli kredit karbon berasal dari sektor industri pertambangan, perbankan, maupun penerbangan,” papar John.
“Sedangkan untuk geothermal, Pertamina NRE melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menargetkan kapasitas terpasang dari area geothermal yang dioperasikan sendiri mencapai 1,4 GW pada 2029,” tambahnya.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, pihaknya mendukung penuh target Pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.
Berbagai program inisiatif penurunan emisi ini pun dilakukan di seluruh lini bisnisnya, terutama melalui PNRE yang memiliki peran besar dalam transisi energi.
Menurutnya, inisiatif transisi energi dan dekarbonisasi ini akan terus dilanjutkan di seluruh lini usaha untuk menjaga sustainability energi di masa depan.
“Untuk itu, Pertamina secara konsisten akan terus menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung sustainable development goals (SDGs) yang tidak saja dalam bentuk inisiatif bisnis, melainkan juga dalam praktek bisnis yang berkelanjutan,” pungkasnya.