Kelewat ambisus mengembangkan lini bisnis, menyusul sukses rintisan awalnya, dia tersandung. Uang Rp1 miliar amblas. Momen itu jadi pembelajaran yang sangat berarti dalam kariernya selanjutnya.
PANGGILAN akrabnya Yogo. Anak muda ini berani melawan arus. Dia membuktikannya melalui usaha kuliner. Dengan merek dagang Gorilla Ramen Food, yang dia inisasi, dia buka restoran di Garut, Jawa Barat. Dari resto yang menyajikan makanan khas Jepang ini, Yogo meraup keuntungan finansial. Sebuah permulaan yang menjanjikan. Pada saat itu, tempat makan representatif di wilayah Garut memang belum cukup tersedia.
Sukses di awal usaha, di usia 29 tahun, dirasakan Prayogo Pangestu Quddus pada tahun 2012. Ia pun mengembangkan lini bisnisnya ke makanan ringan kemasan melalui brand lain, Mini Gori. Tak kepalang tanggung, dia nekat menggelontorkan modal usaha Rp1 miliar untuk membesarkan nama brand tersebut. Apa daya, keberuntungan nyatanya tak datang beruntun. Usaha ini gagal total. Uang Rp1 M pun ambyar.
Nominal tersebut merupakan harga yang pantas untuk membeli pengalaman. “Saya jadi belajar bahwa setiap jenis usaha memiliki karakter dan tantangan yang berbeda. Kegagalan ini sangat berarti bagi saya, sampai saat ini,” katanya. Satu hal, peristiwa pahit itu tak menyurutkan niatnya untuk terus belajar dan tidak berhenti berusaha. Pada satu titik, di tahun 2018, Yogo memutuskan untuk membangun Ramen Gorilla Instan dalam bentuk kemasan.
Ramen adalah makanan khas yang disebut-sebut berasal dari Jepang. Dilihat dari asal usulnya, ramen adalah masakan mie kuah yang pada awalnya dikenal oleh masyarakat Cina. Kurang jelas bagaimana menu ini masuk dan diterima baik oleh masyarakat Jepang. Nama Ramen adalah nama terakhir setelah beberapa kali pergantian. Mulanya Nankin Soba, lalu berganti menjadi Shina Soba, kemudian berubah menjadi Chuka Soba, dan selanjutnya menjadi Ramen hingga saat ini.
“Semangat awal membangun resto Gorilla Ramen itu karena saya terinspirasi Bob Sadino. Dia berhasil menjadi pengusaha sukses meski enggak pernah mengenyam bangku perkuliahan,” ujar Yogo. Ramen Gorilla Instan dalam bentuk kemasan mulai diproduksi pada tahun 2018. Kali ini, kerja keras Yogo membuahkan hasil. Ramen Gorilla Instan sukses besar, baik dari segi omzet maupun distribusi. Kini, distribusi Ramen Gorilla Instan tersebar di seluruh Nusantara melalui keberadaan agen atau reseller.
Yogo tidak berhenti sampai di situ. Dia kembangkan bisnis dengan membuat makanan kemasan lain pada tahun 2020. Produk ini diberi nama Gorilla Baso Aci “Alhamdulillah (perkembangan) Ramen Gorilla Instan dan Gorilla Baso Aci sesuai ekspektasi,” katanya. Berkat jaringan agen yang mencapai ratusan di seluruh penjuru nusantara, Gorilla Baso mampu bertahan dari badai pandemi Covid-19 dan mampu bersaing dengan para pengusaha baso aci yang lebih dulu bermain di segmen ini.
Ramen Gorilla Instan ini bisa unggul lantaran tidak banyak pemain bisnis makanan kemasan di Indonesia yang memilih ramen sebagai komoditi utama. Naluri bisnis Yogo—yang mencium peluang bagus di jalur kuliner, khususnya ramen—patut diacungi jempol. Ia berani berpikir (dan bertindak) tentang hal yang tak terpikirkan oleh pengusaha lain, sebelumnya. Dah hasilnya? Meski tidak menyebut angka pasti, Yogo mengatakan omsetnya menyentuh angka miliaran rupiah.
Tak lupa dia menyebut, “Saya percaya, di belakang bisnis yang berhasil, ada doa yang ikhlas. Maka saya banyak memberdayakan tenaga kerja yang sebelumnya kurang beruntung,” kata Prayogo Pangestu Quddus.●