hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Daerah  

Potensi Lombok Jadi Sentra Budi Daya Lobster

LOMBOK TENGAH—-Provinsi NTB merupakan daerah penghasil lobster dan sumber lobster dengan potensi terbesar di Indonesia, terutama Lombok Timur dan Lombok Tengah. Budi daya lobster menggiurkan para petambak, karena memberikan potensi ekonomi tinggi, sebesar satu miliar rupiah sekali panen, yaitu enam hingga tujuh bulan sekali.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengakui potensi ini dan berkomitmen dukungannya. Bahkan dia mentargetkan Lombok jadi pusat budi daya lobster, bahkan menjadi rujukan negara lain.

Hal ini disampaikan Trenggono saat berkunjung ke Pelabuhan Perikanan Teluk Awang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Saya ingin jadikan Lombok pusat budidaya lobster. Bahkan sampai kelas dunia. Semangatnya harus begitu,” ujar Trenggono dalam siaran pers di Jakarta, (24/3/21).

Trenggono meninjau langsung keramba jaring apung milik masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan perikanan. Untuk mendukung produktivitas budidaya lobster dalam negeri, ucap Trenggono, proses birokrasi perizinan budi daya akan dipermudah.

“Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga akan memberi bantuan sarana dan prasana, pendampingan bagi para pembudidaya, hingga menyiapkan pasar,” lanjut Trenggono.

Trenggono juga menegaskan komitmennya dalam  memerangi penyelundupan benur ke luar negeri. Menteri mengajak para penangkap benur tidak menjual benur kepada oknum-oknum yang terlibat dalam perdagangan ilegal.

“Benur kekayaan bangsa ini. Kalau ada yang mau ekspor benur untuk memperkaya orang luar negeri, saya lawan. Tapi kalau untuk budi daya di sini, saya dukung sampai mati,” ucap Trenggono.

Pembudidaya lobster di Teluk Awang, Abas Indi mendukung penuh keputusan Trenggono mengembangkan budidaya lobster di Indonesia.

Dia optimistis budi daya lobster Tanah Air bisa maju ke depannya karena sudah mendapat dukungan penuh dari pemerintah melalui KKP.

“Benih kita yang punya, kita juga bisa budidaya. Sudah banyak masyarakat di sini yang menbuktikan. Saya yakin budidaya lobster kita bisa lebih maju dari negara lain,” ungkap Abas yang merintis bisnis ini sejak 2000.

Semula dia penangkap, namun tak lama terjun menjadi pembudidaya karena penghasilan yang didapat cukup tinggi. Dia membudidayakan benur hingga ukuran jangkrik, lalu dijual ke pembudidaya di Telong Elong, Lombok Timur.

Keuntungannya bisa 70-80 persen dari modal yang dikeluarkan. “Misal modal kita Rp 15 juta, penghasilan yang kita dapat bisa lebih dari Rp 25 juta saat panen,” tutup Abas.

pasang iklan di sini