Dipimpin koordinator bahasa, ada yang berdiskusi dengan bahasa India, Prancis, Arab, Inggris, Jerman. Setelah itu, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya kepada para anggota Polyglot dengan bahasa utama yaitu bahasa Inggris.
SEBERMULA di pengujung 2011. Idenya dimunculkan Arra’di Nur Rizal yang berdomisili di Stockholm, Swedia. Ia terdorong mempertemukan teman-teman yang gemar belajar banyak bahasa di sebuah forum. Para polyglot dari Indonesia dihubungi. Diskusi dengan Krisna Laurensius di Korea Selatan dan Monis Pandhu di Italia. Saat pulang ke Indonesia, mereka ‘kehilangan’ teman bercakap-cakap dalam bahasa asing.
Polyglot adalah sebutan untuk orang yang aktif menguasai banyak bahasa asing. Jika seseorang hanya menguasai dua bahasa, satu bahasa ibu dan satu Bahasa asing, sebutannya bilingual. Komunitas Polyglot Indonesia sendiri sebenarnya (telah) diperkenalkan tahun 2010. Pendiri komunitas ini tiga anak muda yang mukim di luar negeri. Fasih pula berbahasa setempat tentunya. Mereka adalah Arra’di Nur Rizal di Swedia; Monis Pandhu Hapsari di Italia; dan Krisna Laurensius di Korea Selatan.
Keberadaan Polyglot Indonesia nggak ori betul. Mereka terinspirasi oleh serbuah Polyglotclub di Paris. Polyglot Yogyakarta pun dibentuk oleh Monis Pandhu dan Sandya Rani Yunita. Pertemuan Polyglot pertama dilaksanakan Agustus 2010. Komunitas ini mewadahi para pencinta bahasa. Juga untuk memperbanyak jam praktik bahasa asing dengan sistem yang santai dan fun. Selain belajar bahasa, komunitas ini juga menjadi tempat bertukar informasi, seperti informasi beasiswa atau informasi perjalanan.
Melalui Facebook, Polyglot Yogyakarta dikenal dengan cepat oleh para penggemar belajar bahasa. Dalam beberapa pekan, pertemuan grup rutin telah dihadiri 15-30 orang Indonesia dan warga asing. Naasnya, memasuki pertengahan tahun 2011, kegiatan Polyglot Yogyakarta mendadak lesu darah. Sebab, dua inisiatornya melanjutkan studi mereka ke Prancis dan Italia pada waktu hampir bersamaan.
Tanggal 17 Agustus 2013, Polyglot Indonesia mendeklarasikan diri sebagai organisasi nonprofit terdaftar. Langkah ini dimaksudkan agar dapat memaksimalkan kegiatannya dan dapat memfasilitasi kerja sama dengan pihak ketiga. Polyglot memulai dengan kegiatan Language Exchange Meetup di Jakarta. Dalam tempo setahun, mereka telah menginisiasi Meetup (kopi darat) di enam kota di Indonesia: Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Banda Aceh, dan Semarang.
Pada posisi saat ini, Komunitas Polyglot Indonesia telah tersebar di berbagai cabang di sejumlah kota. Mereka mengistilahkannya Chapter. Total ada 9 Chapter, yakni Chapter Banda Aceh, Bandung, Denpasar, Jakarta, Malang, Mataram, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Untuk Chapter Jakarta saja, misalnya, tercatat rata-rata 100 orang yang datang di tiap pertemuan.
Setiap Chapter dikelola oleh koordinator bahasa yang mahir dalam bahasa tertentu. Para kontributor yang mengisi berbagai kegiatan komunitas ikut mendampingi. Setiap chapter boleh saja menyelenggarakan kegiatan berbeda. Misalnya, acara nonton bareng film-film berbahasa asing dan diskusi digelar di Chapter Aceh. Chapter Surabaya menyajikan beberapa sesi les bahasa secara rutin.
Sungguh bermanfaat jikasalah seseorang membekali diri dengan bahasa asing selain bahasa yang telah dikuasai. Pasalnya, mempelajari bahasa kedua (dan seterusnya) memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan pengembangan diri. Antara lain, melatih otak mengingat kosa kata baru, sekaligus membantu meningkatkan konsentrasi. Jadi, belajar bahasa baru tak selalu harus melalui kursus. Bergabung bersama komunitas satu ini merupakan salah satu pilihan.
Komunitas Polyglot ini terbuka untuk umum. Terbuka bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan percakapan dengan berlatih bercakap langsung dengan penutur asli dan pelajar bahasa lain. Warga asing yang mau belajar bahasa Indonesia pun ada di komunitas ini. “Tidak ada batasan untuk bergabung ke komunitas ini. Semua umur mulai dari mahasiswa, guru, karyawan, influencer, karyawan dan siapa pun dia bisa ikut di sini untuk saling sharing,” kata Fajar Triperdana, Koordinator Regional Chapter Jakarta Polyglot.
Komunitas ini terbuka luas bagi siapa pun dengan latar belakang, profesi dan usia yang berbeda. Peserta kegiatan komunitas sendiri saat ini berasal dari latar belakang dan usia yang beragam, mulai dari kalangan mahasiswa, siswa SMP dan SMA, karyawan swasta, PNS, dan peneliti dengan rentang usia 10 hingga di atas 70 tahun.
Tidak ada persyaratan khusus. Hanya disarankan agar para peserta memiliki kemampuan dasar yang cukup. Agar saat diskusi ketika meetup mampu memahami dan berpendapat mengenai topik yang dibicarakan. Kalau anda datang hanya berniatkan minat untuk menekuni atau melancarkan praktek satu bahasa, itu sudah cukup menjadi bekal untuk mengikuti salah satu kegiatan Language Exchange Meetup. Jadi, jangan merasa insecure duluan, ya.
Program utama/unggulan komunitas Polyglot Indonesia adalah pertemuan (meetup) yang dilaksanakan tiap dua bulan. Di sini, anggota komunitas ini awalnya dikenalkan dengan satu topik tentang satu negara dan mengulik apa saja kebudayaannya. Percakapan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Jadi ada meja Jerman, Prancis, Italia, Jepang dan seterusnya. Anggota Polyglot bisa berpindah meja sesuai minat dan kemampuannya berbahasa asing.
Tiap kelompok dipimpin oleh satu koordinator bahasa. Ada yang berdiskusi dengan bahasa India, Prancis, Arab, Inggris, Jerman, dan beberapa bahasa lainnya sesuai dengan minat mereka masing-masing. Setelah berdiskusi, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya kepada para anggota Polyglot menggunakan bahasa utama yaitu bahasa Inggris.
“Kami sering berkumpul, misalnya di kafe, atau mengikuti acara nonton film di pusat kebudayaan, dan saling berdiskusi yang memang tempatnya cozy sehingga lebih akrab,” kata Fajar. “Di komunitas ini para anggota yang hadir dapat belajar banyak tentang banyak bahasa yang mereka minati. “Yang tadinya mereka pasif, mereka (anggota Polyglot) bisa jadi aktif bahkan mahir berbahasa asing,” kata Mira Fitria Viennita Zakaria, Executive Director Polyglot Indonesia.
Mau tahu siapa saja anggota komunitas itu? Masing-masing anggota rata-rata punya kemampuan menguasai dua bahasa asing yakni Inggris dan bahas asing yang mereka minati. “Jadi ketika mereka bergabung di komunitas ini, mereka dapat melatih bahasa yang mereka tahu dengan anggota lainnya,” kata Mira.
Dapat disimpulkan, ada tiga tujuan utama komunitas Polyglot Indonesia ini. Pertama, masyarakat yang pernah belajar bahasa di luar negeri agar bisa mempraktikkan bahasa yang pernah mereka kuasai. Kedua, membantu warga asing yang ingin mempraktikkan bahasa Indonesia mereka. Ketiga, bagi orang-orang yang ingin atau sedang mempelajari bahasa asing dan mencari teman untuk lawan berbicara sebagai ajang berlatih. Dengan bergabung di komunitas ini, seseorang bisa menambah pengetahuan dan pengalaman. “Mereka bebas berekspresi, membicarakan berbagai hal. Jadi semacam forum singkat menggunakan waktu libur menjadi hari yang produktif,” kata Mira. Mengasah kemampuan bahasa tidak hanya berdiskusi, tapi juga pertemuan yang bersifat menyenangkan tapi produktif.● (Zian)