“BUMN UNTUK NEGERI” ….tagline ini menjadi pemicu semangat para pemangku kepentingan di PT Krakatau Steel untuk terus berkiprah di jagat pembinaan ekonomi masyarakat kecil.
SEBAGAI perusahaan plat merah yang dibebani tugas untuk peduli pada pengembangan ekonomi masyarakat di sekitarnya,
PT Krakatau Steel (Persero),Tbk serius mengemban amanah itu. Upaya tersebut diwujudkan melalui program khusus yang menangani pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah yang menjadi bagian dari Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL). Program yang digulirkan sejak tahun 2003 ini adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada masyarakat.
Saat ini tugas pembinaan UMKM dilaksanakan melalui Program Kemitraan (PK) oleh Divisi Community Development yang berada di bawah koordinasi Sub Direktorat Security & General Affair.
Dengan jumlah mitra binaan sebanyak 7.239 orang tesebar di Provinsi Banten dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, diperlukan ekstra energi dan ekstra strategi agar tugas mulia itu terlaksana sesuai rencana. Tahun 2017 lalu Program Kemitraan PT KS yang digawangi oleh Alkafaltationis atau biasa dipanggil Avis selaku Kepala Dinasnya, telah menyalurkan Rp8,09 miliar dana bantuan pengembangan usaha kepada 239 mitra binaan. Plt Manager Community Development Ridwan Sam menambahkan, capaian ini akan ditingkatkan jadi Rp29 miliar di tahun 2018. Program Kemitraan dengan UKM, kata Ridwan, adalah pembinaan alih-alih mencari keuntungan. Itu sebabnya, bagi mitra yang ingin mendapatkan pinjaman modal dari PT KS disyaratkan mengikuti pelatihan kewirausahaan sebagai pembekalan.
Senada dengan Ridwan, General Manager Security & General Affair, Iip Arief Budiman menambahkan salah satu hal penting dalam pemberian bantuan pengembangan usaha untuk masyarakat kecil adalah efektivitas penyaluran. Selama ini BUMN banyak mengejar kuantitas atau banyaknya rupiah yang disalurkan kepada mitra binaan sehingga menggunakan lembaga-lembaga pendamping seperti Koperasi, BMT dan lembaga keuangan lainnya. Alhasil, masyarakat lebih mengenal lembaga pendampingnya dibandingkan BUMN yang memodalinya. Hal ini yang tidak disukai BUMN. “Gak fair kan,” ujar Iip sambil tertawa.
Langkah penting lainnya, masih kata Iip, adalah mengevaluasi kembali sasaran dana kemitraan ini agar benar-benar sampai kepada pengusaha yang belum bankable.
MENGATASI KENDALA
Masalahnya, program kemitraan PT KS maupun BUMN lainnya acapkali dihadapkan pada keterbatasan sumber daya manusia, dana dan jaringan. Guna mengatasi kendala tersebut, menurut Iip, program PKBL agaknya sudah harus semakin akrab dengan teknologi digital sehingga makin mudah diakses oleh masyarakat. “Kalau penyaluran dana kemitraan ingin efektif dan efisien, maka BUMN harus turun lebih ke bawah lagi sehingga lebih dikenal dan dicintai masyarakat,” tukas Iip.
Di sisi lain, Iip mengakui bahwa kalangan perbankan belakangan juga semakin agresif membidik kredit ke UMKM hingga kepedesaan. Namun hal itu tidak masalah untuk PKBL, karena saat ini belum semua masyarakat bisa mengakses lembaga perbankan dan tidak semua bisa di-cover oleh perbankan. “Jangan salah, sekarang Kementerian BUMN juga sudah agresif dengan menurunkan suku bunga pinjaman dari 6% menjadi 3% per tahun. Masih banyak yang bisa digarap, PKBL BUMN dan Perbankan bisa saling mengisi,” tukasnya lagi.
Terkait pembinaan kepada mitra yang sudah mulai berkembang, Iip menegaskan bahwa PT KS akan tetap konsisten mendampingi mereka. Memberikan ruang untuk promosi, memberikan pelatihan bahkan sedang direncanakan untuk membuat jaringan elektronik yang akan mewadahi semua mitra binaan PKBL PT KS agar dapat berbisnis secara online. Begitu juga dengan mitra binaan yang telah sukses, diharapkan menjadi kepanjangan tangan untuk mensosialisasikan dan membentuk citra positif PKBL.
Salah satu hasil konsistensi pembinaan PT KS terwujud beberapa waktu yang lalu, seorang mitra binaan yang berasal dari Suku Baduy berhasil mendapatkan Trofi Smesco Award 2017 kategori Pengusaha dengan karya berbasis kearifan lokal. Apresiasi bertajuk Inspiring Entreprenuer Award itu diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga tangal 9 Desember 2017 di Gedung Smesco Jakarta.
Pembinaan terhadap Amir telah melalui jalan panjang karena adanya batasan-batasan adat Baduy yang harus tetap dipatuhinya.
PT KS melalui program PKBL telah membina pengembangan masyarakat Baduy sejak tahun 2002 dan ikut membesarkan Amir dengan bantuan modal usaha serta mengikutsertakannya dalam berbagai event pameran dan pelatihan di lingkup Kota Cilegon, Provinsi Banten maupun Provinsi luar Banten.
Para ponggawa PKBL PT KS, Iip Arif Budiman, Ridwan Sam dan Avis, memang harus lebih banyak berjibaku dan berimprovisasi guna mengatasi segala kendala yang ada tetap bertekad untuk membawa mitra-mitra binaannya terbang mengangkasa menggapai asa dan prestasi. (Adriana Peris)