octa vaganza
Fokus  

Pilihan Investasi Saat Krisis

Instrumen emas, saham atau aset tetap dapat dikoleksi untuk berjaga dari kondisi ekonomi yang memburuk. Sesuaikan juga jenisnya dengan karakteristik investor.

Krisis bukan hal baru dalam perekonomian modern. Sejak krisis besar pertama pada 1929 yang disebut malaise, dunia beberapa mengalami hal yang sama meski dengan daya resonansi yang berbeda. Belajar dari sejarah, selalu ada pelajaran yang bisa dipetik terutama dalam berinvestasi.

Dalam kondisi penuh tekanan, sebaiknya investasi tidak ditempatkan pada satu instrumen. Diversifikasi investasi atau dalam pepatah klasik “jangan tempatkan telur dalam satu keranjang” tetap relevan. Meski hal ini pun akan mengurangi marjin investasi, namun lebih baik daripada rugi seluruhnya.

Salah satu instrumen investasi yang diburu adalah emas. Bentuknya bisa emas perhiasan, logam mulia, maupun dinar. Emas merupakan aset safe haven atau aset yang dipandang paling aman bagi investor ketika terjadi gejolak ekonomi. Emas sangat familiar bagi orang kebanyakan baik di kota maupun di desa. Instrumen ini dikenal relatif lebih stabil terhadap inflasi. Nilainya pun tidak akan terlalu jatuh meski terjadi guncangan.

Dari sisi makro, saat negara mengalami krisis, emas bisa menjadi alat tukar. Faktanya, kini emas diburu banyak orang. Ambil contoh, di China masyarakat antusias untuk mengoleksi logam mulia. Begitu pula di Jepang dan beberapa negara lainnya.

Kelebihan instumen emas adalah bisa dijadikan dana darurat. Ini karena emas lebih mudah dicairkan. Channel-channel yang bisa dijadikan tempat menukar emas pun semakin banyak. Bahkan perusahaan startup seperti Bukalapak dan Tokopedia pun kini menyediakan investasi emas. Sehingga konsumen dapat menabung emas dengan lebih mudah dan cepat tanpa harus pergi ke toko emas.

Dalam satu tahun terakhir, nilainya pun terus menanjak. Dari rekam jejaknya, jika harga emas naik maka ada kecenderungan kondisi ekonomi sedang “batuk-batuk”. Oleh karenanya, sebelum keadaan makin memburuk, instrumen ini layak dikoleksi.

Fluktuasi harga emas juga tidak se-ekstrem fluktuasi saham maupun mata uang kripto. Menyimpan emas tidak menghasilkan return cash flow, tapi akan menghasilkan capital gain yang akan dirasakan jika mainnya jangka panjang.

Investasi Saham

Instrumen saham termasuk yang paling sensitif. Informasi yang sifatnya rumor pun bisa membuat harganya naik atau turun. Saat terjadi krisis ekonomi, biasanya harga sahamlah yang paling pertama turun. Namun, saat ekonomi pulih, saham pulalah yang pertama kali mengalami kenaikan. Oleh karenanya,  jenis investasi ini  berisiko tinggi.

Masa krisis dapat menjadi momentum tepat untuk memulai investasi saham. Sebab, harganya pasti murah. Ini cocok dilakukan untuk investasi jangka panjang.  Lakukan pembelian saham dengan terlebih dahulu menganalisisnya secara fundamental dan teknikal.

Sebelum berinvestasi di saham, ada baiknya mempelajari indeks saham. Indeks saham atau Indeks Harga Saham adalah ukuran statistik perubahan gerak harga dari kumpulan saham yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan digunakan sebagai sarana tujuan investasi.

Di BursaEfek Indonesia (BEI) ada  22 jenis indeks saham yang tercatat. Indeks-indeks tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing yang dapat digunakan untuk membaca pergerakan saham secara umum. Salah satu indek yang populer adalah  IHSG yang merupakan indeks utama yang dijadikan acuan pokok untuk mengukur pergerakan semua saham yang tercatat di BEI. 

Selain IHSG, ada beberapa indeks yang lain seperti Indeks LQ45
yang hanya terdiri dari 45 saham terpilih dengan likuiditas tertinggi dan kriteria tertentu.lainnya seperti nilai kapitalisasi dan persentase nilai saham beredar (free float).  Pemilihan daftar Saham LQ45 dilakukan setiap 6 bulan. Adapula Indeks Sektoral
yang mengukur performa harga seluruh saham dari masing-masing sektor industri yang terdapat pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA)

Jika sebagai pemula ada baiknya memulai dengan modal tidak terlalu besar. Tujuannya jika rugi tidak terlalu besar, selain untuk proses belajar. Selain itu, beli saham yang berfundamental baik. Biasanya adalah saham blue chip. Ini dikarenakan saat pasar saham terkoreksi, saham blue chip juga terkoreksi, tetapi setelah pasar saham pulih, saham blue chip juga yang bergerak naik lebih dulu dan lebih cepat dari yang lain.

Bagi Anda yang enggan berkutat dengan angka dan analisis yang rumit, caranya cukup mudah. Hubungi saja manajer investasi atau perusahaan sekuritas yang dipercaya. Serahkan dana dan biarkan mereka mengurusi investasi saham Anda.

Investasi Properti dan Tanah

Jenis investasi fixed asset seperti properti dan tanah masih bisa dijadikan pilihan. Instrumen investasi ini cocok digunakan untuk keperluan jangka panjang. Meski dalam beberapa tahun harga properti cenderung turun, namun ke depan nilainya akan naik. Terlebih saat krisis, dipastikan banyak properti yang diobral. Itulah kesempatan emas untuk mengoleksi tanah atau properti.

Dalam memilih properti, perlu diperhatikan beberapa faktor agar niat untung tidak berubah jadi buntung. Faktor tersebut antara lain beban perawatan, biaya transaksi, penyusutan, dan risiko bencana.

Bisnis properti ini bukanlah bisnis otomatis dimana setelah membeli langsung terjual. Oleh karenanya, pastikan bangunan properti yang akan dibeli dalam kondisi baik. Selain itu, harus juga disiapkan biaya perawatan agar properti tidak rusak. Sebab, jika rusak maka harga jualnya akan turun.

Dengan sifatnya yang tidak likuid, investasi properti cocok bagi mereka yang memiliki uang berlebih. Ini karena jeda waktu antara membeli dan menjual tidak dapat ditentukan. Bahkan  seorang pakar properti di Amerika Serikat mengatakan jika ingin berbisnis properti, maka harus mencari 100 properti dengan hanya memilih tiga yang terbaik untuk mendapatkan satu properti yang Anda inginkan. Perhitungan ini terkenal dengan rumus formula 100:3:1.

Investasi properti yang berbasis pada tanah dan bangunan ini juga berisiko mengalami penyusutan, walaupun dari tahun ke tahun harga jual akan meningkat. Oleh karenanya, investor harus menghitung umur penyusutan bangunan. Ini juga berhubungan dengan biaya perawatan.

Apapun jenis investasi yang dipilih sangat tergantung dengan karakteristik investor. Pilihlah investasi yang cocok dengan kebutuhan dan sifat Anda. Jika senangnya bermain aman, jangan pilih investasi saham. Sebaliknya jika berjiwa risk taker, hindari investasi emas. Yang tidak kalah pentingnya, setiap investasi pasti ada risiko. (Kur).

Exit mobile version