octa vaganza

PIKO Inovasi Cerdas di Era Ekonomi Digital

Dihadiri sekitar 200-an karyawan, Koperasi Simpan Pinjam Bersama menggelar uji coba produk keuangan terbarunya aplikasi pinjaman berbasis android. PIKO, alias Pinjam Koperasi. Langkah untuk mengantisipasi tantangan bisnis keuangan di era digital.

KOPERASI yang mampu memenangi persaingan di masa depan adalah koperasi yang tak henti berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tantangan kekinian yang berlaku. Karenanya Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama (KSP-SB) meluncurkan produk PIKO alias Pinjam Koperasi. Pernyataan itu disampaikan Ketua Pengawas KSP-SB saat melakukan launching aplikasi pinjaman PIKO Jumat (25/5/18) di kantor pusat KSP-SB Bogor. PIKO adalah inovasi produk berupa aplikasi yang bisa diunduh melalui play store di perangkat ponsel cerdas berbasis android. Aplikasi financial technology (fintech) ini memudahkan anggota koperasi yang memerlukan pinjaman bahkan dalam keadaan darurat.

Seperti apa daya tarik produk berbasis aplikasi android ini?  Iwan mencontohkan, misalnya Anda seorang karyawan, menjadi anggota koperasi, kebetulan sedang berada di luar kota. Tiba-tiba Anda ingin membeli souvenir untuk keluarga. Sementara  Anda tidak membawa uang yang cukup, maka keberadaan aplikasi PIKO bisa membantu. Uang akan ditransfer ke rekening Anda  disesuaikan dengan mata uang di tempat Anda bertransaksi.

Kelebihan lain PIKO, lanjut Iwan ialah bila Anda ingin berbelanja di suatu tempat, Anda tinggal membayar uang muka sebesar 10 persen dengan menggunakan aplikasi ini. Pengelola PIKO akan membelikan barang di tempat yang Anda maksud dan barang akan diantar ke alamat Anda. PIKO juga bisa digunakan untuk belanja secara daring (online).

Untuk tahap awal, produk ini masih diujicobakan di kalangan internal karyawan selama tiga bulan, terhitung Juli mendatang. Setelah itu PIKO akan dipasarkan ke anggota KSP-SB dan karyawan- karyawan perusahaan lainnya bekerja sama dengan Kopkar setempat.

“PIKO memang baru terbatas  untuk pinjaman yang relative kecil, maksimum dua kali gaji, karenanya target pasar kami adalah karyawan dengan penghasilan relatif masih rendah dan kalangan mahasiswa bekerja sama dengan Kopma setempat,” tutur Iwan.

Untuk menyasar peminjam dari kalangan karyawan perusahaan, KSP-SB segera membentuk tim marketing untuk menjalankan program pemasaran yang akan bekerjasama dengan manajemen perusahaan.

“Agar anggota tidak usah  membayar simpanan pokok dan simpanan wajib, kami juga bekerjasama dengan koperasi karyawan di perusahaan. Dengan demikian kami bisa melayani  anggota koperasi kami, mau pun koperasi lain,” ungkap Iwan.

Sebagai tindak lanjut dari kerja sama dengan kopkar atau kopma, KSP-SB akan menunjuk seorang ambassador untuk memastikan data karyawan, termasuk besaran gaji karyawan tersebut guna menentukan  jumlah kredit yang akan diberikan.

Ambassador ini juga bertugas menagih kalau terjadi pembayaran macet atau ada fraud (kecurangan). Untuk itu, KSP-SB memberikan fee bagi ambassador dan koperasi karyawan yang diajak kerja sama.

Adapun jenis kredit yang diberikan terbagi dua, yaitu pinjaman uang dan pinjaman untuk pembelian barang. Pinjaman uang maksimal 40 persen dan pinjaman barang 60 persen. Jadi, kalau seandainya karyawan mendapat Plafond pinjaman Rp10 juta, maka maksimal pinjaman uangnya sebanyak Rp4.000.000. Jika pinjaman disetujui maka dana bisa ditransfer ke rekening karyawan.

Untuk angsurannya, karyawan bisa memilih minimal 3 bulan, 6 bulan dan maksimal 12 bulan.  Dengan demikian karyawan bisa memilih angsuran sesuai  kemampuannya. Cara ini bisa menghindari kredit macet.   Selintas proses pinjaman ini mirip dengan kartu kredit, hanya saja kalau kartu kredit limit  dikenakan biaya penalty untuk pinjaman dipercepat, sedangkan PIKO bebas penalty.

Strategi KSP-SB meluncurkan Fintech PIKO ini sangat pas dengan tren generasi milenial yang identik dengan penikmat  gadget. Karyawan dari kalangan ini akan menyukai aplikasi PIKO untuk memudahkan mereka memperoleh berbagai kebutuhan  di era ekonomi digital.

Sebagai catatan, laporan e-Marketer menyebutkan pengguna aktif ponsel cerdas di Indonesia meningkat pesat dari 55 juta orang pada 2015 menjadi sekitar 100 juta pada 2018. Dengan demikian Indonesia berada di posisi keempat dunia setelah China, India dan Amerika. Pengguna ponsel cerdas di Indonesia didominasi oleh generasi milenial atau yang berusia 15 hingga 35 tahun.  (Irsyad Muchtar/Van)

Exit mobile version