BANDUNG-—Ketika kerajinan pandai besi di sejumlah daerah mengalami kesulitan regenerasi, sejumlah milenial Bandung pada 2012 membentuk komunitas Pijar. Para pelopor datang dari latar belakang pendidikan perguruan tinggi, di antaranya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
Bagi komunitas ini menempa bukan hanya memukul besi panas semata, tetapi juga melestarikan budaya yang mulai dipandang sebelah mata. Komunitas ini mempunyai workshop-nya di Jalan Kudus, daerah Antapani, Bandung, Jawa Barat,
Risa Icha, salah seorang di antaranya bergabung dengan komunitas ini pada 2014 diajak seorang kawannya. Dia menyebutkan, anggota komunitas dibimbing untuk memiliki brand atau ciri khasnya masing-masing dan mempromosikannya di instagram.
“Instagram Light Blacksmith itu sebagai brand atau identitas saya pribadi sebagai Blacksmith. Di sini saya ingin menyampaikan bahwa wanita bisa menempa besi,” ujar Risa kepada Peluang, melalui WhatsApp, Sabtu (5/9/20).
Menurut Risa, penempa perempuan sudah ada semenjak zaman Kerajaan Pajajaran yaitu Nyik Sombro. Selama saya ikut Komunitas Pijar, dia tidak saja belajar menempa tapi secara tidak langsung tahu tentang sejarahnya.
“Hal ini membuat kita belajar fokus, teliti dan sabar karena proses menempa itu tidak mudah apalagi berhadapan dengan api hingga dua ribu celcius,” imbuhnya.
Ungkap dia, penempaan menjadi salah satu budaya Sunda. Dulu menempa dihormati oleh masyarakat dan keluarga kerajaan tetapi sekarang menjadi bisnis atau hobi.
Pandemi Covid 19 sempat membuat kegiatan komunitas ini dinonaktifkan sementara sampai bisa kegiatannya normal, kemudian pelan-pelan aktif kembali.
Selama pandemi ini, selama di workshop, protokol kesehatan tetap dijaga seperti menggunakan masker. Begitu juga sebelum dan sesudah menempa harus mencuci tangan
“Kegiatan kita di workshop dibagi menjadi dua yaitu “Blacksmith” seperti menempa material-material besi, baja dan sebagainya. Sementara “Black Silver” lebih ke arah pembuatan cincin, gelang, tusuk konde dan aksesoris lainnya,” papar staf desain interior sebuah perusahaan swasta ini.
Komunitas ini ingin mengenalkan menempa tidak hanya sesuatu yang sakral seperti pembuatan keris tetapi ke arah umum seperti membuat beragam tipe pisau dan aksesoris dan bisa ke arah bisnis.
Di luar workshop, Pijar sempat mengikuti acara seperti grand opening salah satu tempat makan di Bandung, acara meditasi dan sebagainya.
Menurut Risa, dari awal berdiri komunitas Pijar sudah melakukan kegiatan ikut menjadi peserta atau diundang ke acara festival seni, budaya, performing art. Sementara dalam bisnis komunitas sudah mempunyai brand, yaitu brand Saltig.
“Arahnya lebih menjual aksesoris dengan ciri khas kami yang tidak lepas dari kebudayaan dan hasilnya sangat baik dan diterima di semua kalangan anak muda,” kata Risa.
Dia sudah membuat beberapa tipe pisau dan aksesoris.Lama pembuatan sebuah produk tergantung bahan material yang dibuat karna besi dan baja memiliki tingkat kekerasan yang berbeda.
“Prosesnya ada yang dua minggu bahkan sampai dua bulan lebih hingga mencapai bentuk dan finishing yang diinginkan,” pungkasnya (Irvan Sjafari).