hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

PIBI IKOPIN Menyiapkan Wirausaha Startup

Tamat kuliah dan menjadi sarjana  agaknya hanyalah capaian sesaat dari proses belajar seorang mahasiswa. Untuk mengaktualisasikan ilmu yang diperoleh dari almamaternya, maka ia harus melewati satu ujian lagi, yaitu bekerja.

PAKEM itulah yang terbenam  bahkan bersemayam di benak kebanyakan setiap mahasiswa kita, sehingga kuliah, jadi sarjana dan bekerja adalah rangkaian dari sebuah proses sukses. Dengan kemampuan akademis yang dimiliki, idealnya  mahasiswa adalah pencipta lapangan kerja sehingga angka pengangguran di negeri ini dapat ditekan serendah mungkin.

Coba saja simak data Badan Pusat Statistik Per Agustus tahun lalu menyebutkan jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,04 juta orang, naik  10 ribu orang dibanding tahun 2016. Dalam tiga tahun terakhir ini angka sarjana pengangguran pun semakin tinggi. Pada bulan Februari 2016 tercatat sebanyak 659.304 sarjana pengangguran. Meningkat 20 persen dibanding Februari 2015. Sedangkan pengangguran yang lulusan Akademi/Diploma sebanyak 249.362 orang pada 2016. Totalnya hampir 1 juta pengangguran lulusan Perguruan Tinggi pada tahun 2016.

Jika output sebuah institusi yang dikenal sebagai ‘pabrik’ nya orang pintar masih sulit dalam mendapatkan lapangan kerja, lalu apa yang salah? Masalahnya hanyalah pada perbedaan sudut pandang, kata Direktur Pusat Inkubator Bisnis dan Kewirausahaan Ikopin (PIBI) Indra Fahmi kepada PELUANG baru-baru ini di kantornya, Kampus Ikopin Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat

“Kebanyakan pendidikan tinggi kita masih dalam tahap mencetak sarjana siap kerja, tapi belum pada tahapan menciptakan lapangan kerja, ujarnya. Itu sebabnya, kata Indra lagi, diperlukan satu institusi praktis yang mampu mengembangkan  ketrampilan seorang sarjana dalam menghadapi dunia kerja. Melalu PIBI Ikopin, lanjut Indra, pihaknya melakukan program pelatihan yang menyiapkan seorang mahasiswa dari sejak dini agar mampu bersaing dan mendapatkan pekerjaan yang layak, atau bila tidak, akan menambah deretan pengangguran tertididik di negeri ini. Lembaga yang berdiri sejak  1995 ini, menyediakan fasilitas bagi percepatan penumbuhan wirausaha melalui sarana dan prasarana yang dimiliki sesuai dengan based competency-nya, dengan memanfaatkan fasilitas dan layanan yang disediakan, sehingga para tenant/pengguna jasa dapat memperbaiki sisi-sisi lemah dari aspek-aspek bisnis.

Mengapa wirausaha yang menjadi pilihan? Menurut Indra selain merupakan tren saat ini, keterampilan berwirausaha juga dapat membentuk karakter positif bagi pelakunya. Sebab,  soft skill yang dibangun oleh seorang wirausahawan antara lain: kemampuan berkomunikasi, rasa percaya diri, kemampuan mengelola emosi, sikap positif, kedisiplinan, keterampilan presentasi, mental pantang menyerah, serta kreativitas berpikir.

GAGAS APRESIASI WIRAUSAHAWAN MAHASISWA

Sebagai ujud dari kepedulian mengembangkan wirausaha di kalangan mahasiswa, November  tahun lalu PIBI menggelar  kegiatan Pekan Kewirausahaan Nasional (PKN). Ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia dan direncanakan akan dilaksanakan secara berkala setiap tahun. PKN dimaksudkan untuk memberikan stimulus kepada para mahasiswa seluruh Indonesia agar dapat memahami makna sebagai wirausaha dan kewirausahaan serta kelak mampu melakukan aktivitas Bisnis. PKN yang diikuti oleh 115 mahasiswa dari 40 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta itu menggelar tiga kegiatan yakni Kompetisi Model Bisnis (Canvas), Lomba Resensi Buku “d’ Gil! Marketing think like there is no Box” karangan Ahmad Bambang, dan Seminar Kewirausahaan Nasional.

Dari seluruh peserta yang mengikuti kegiatan PKN, selanjutnya diseleksi oleh Tim Juri yang kompeten dan Independen.  Berdasarkan rapat Dewan juri, terpilih finalis untuk Lomba Bisnis Model adalah Universitas  Udayana Bali, Universitas  Telkom, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga. Sedangkan untuk Lomba Resensi Buku finalis berasal dari ITB, Universitas Brawijaya, UPI Tasik, Universitas Padjadjaran dan Ikopin.Kegairahan ini  bisa dibilang sukses karena terlihat dari besarnya animo dan ketertarikan  mahasiswa pada dunia Bisnis dan Kewirausahaan yang semakin tinggi.

Aktivitas PIBI tidak melulu berada di lingkungan kampus, sejumlah kegiatan yang dilakukan antara lain menjalin kerja sama dengan Kementerian KUKM melaksanakan “Program Inkubator Bisnis & Teknologi bagi Pengusaha Pemula di Jabar”. Selain itu juga mengadakan sejumlah Seminar, antara lain “Digital Marketing” bagi Pengusaha Start Up, awal  Januari lalu. Seminar ini merupakan tindak lanjut dari hasil kajian empirik PIBI yang  menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar Pengusaha Start Up di Indonesia  sangat kompleks, baik internal maupun eksternal.

Faktor internal yang sering jadi masalah adalah masih rendahnya kompetensi SDM, modal, akses pasar, sistem pencatatan usaha, keterampilan memproses perizinan untuk usaha, jumlah barang yang diproduksi, dan keterampilan membuka akses terhadap lembaga pembiayaan serta berbagai informasi usaha. Sedangkan faktor eksternal adalah iklim usaha yang belum kondusif bagi pengembangan dan penciptaan wirausaha baru.

Tetapi, PIBI Ikopin punya keyakinan tinggi, bahwa sepanjang  etika dan cara bisnis yang baik dipegang teguh, maka pengusaha akan tetap eksist. Sejumlah aktivitas dikembangkan PIBI Ikopin memang bermuara pada aplikasi ilmu bisnis yang secara teori sudah dikunyah habis oleh para mahasiswa selama menimba ilmu di perguruan tinggi. Satu diantara didikan PIBI Ikopin yang mampu berpraktik adalah Onni, Engel dan Fatinah–mahasiswa asal Bintuni, Papua, yang pada 22 Mei lalu mendirikan usaha jasa laundry, O-Bien. Ketiga  mahasiswa penerima Beasiswa British Petroleum itu membuka dagangan pertamanya di Kawasan Perkantoran KKB Ikopin, Jatinangor.

Selain itu PIBI juga menggelar Outbond “one-day” magang usaha kopi dan “one-day” magang usang keripik daun singkong bagi anak Papua penerima Beasiswa LPMAK Timika dan BP ke Banten. Mereka didorong untuk praktek pengolah kopi mulai dari penjemuran sampai ke pengepakan Kopi.

Lewat praktik magang ini, mereka diharapkan  tidak canggung lagi dalam mengimplementasikan ide bisnis Pengolahan Kopi, apalagi saat ini  cita rasa Kopi Papua (Amugme – Wamena dll) telah mendunia.  (Irsyad Muchtar)

pasang iklan di sini