KUNINGAN—Masa muda adalah waktu yang haru dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Ungkapan itu tidak lekang dimakan masa. Seorang anak muda dari Sirung Waluh, Kecamatan Cijoho, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat bernama Didi Kurniasandi dan dua temannya meyakini hal itu ketika menjadikan lahan sekitar 1.000 meter persegi untuk budi daya labu madu.
“Inspirasinya, kami ingin mengajak dan merangkul generasi muda khususnya di daerah kami dan umumnya di Indonesia agar bisa terjun ke bidang pertaian. Kami ingin menepis anggapan dari generasi muda yang hanya melihat pertanian kotor-kotor-an dengan mencangkul, padahal dengan perkembangan teknologi tidak demikian,” ujar Didi kepada Peluang, Senin malam (9/3/21).
Awalnya hanya 3 orang, kini Agro Eduwisata Sirung Waluh sudah diperkuat enam petani muda. Mereka percaya modal utama adalah SDM yang mempunyai niat atau tekad kuat.
Menurut lulusan Politeknik Pembanguan Pertanian (Polbangtan), Bogor ini , konsep Agroeduwisata mencoba menerapkan panen petik sendiri buah labu madu, dan juga memberikan edukasi, serta penyuluhan tentang budi daya labu madu yang baik dan benar.
Untuk menarik perhatian pengunjung di areal wisata ini terdapat photoboots. Jurus ini bertujuan mengemas dunia pertanian dengan semenarik mungkin. Pengunjung itu dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja hingga orangtua. Selama pandemi, mereka menerapkan protokol kesehatan,
“Yang paling diminati pengunjung yaitu ketika panen, memegang photoboots yang bertuliskan kata-kata seperti calon memantu idaman, punya lahan 100 hektar, Petani Milenial, Pahlawan Pangan,” papar Didi seraya mengatakan masih bekerja tim belum mempunyai karyawan.
Untuk harga labu madu sendiri, ia menjelaskan untuk petik di lahan, ia mematok Rp15.000 per kilogram. Untuk pemasaran labu madu, Didi mengandalkan media sosial selain untuk mengisi gerai oleh-oleh dengan harga Rp20.000 per kilogram.
Rencana ke depan, Didi dan kawan-kawannya memperbanyak spot photoboots agar bisa lebih menarik lagi konsumen (Van).