BOYOLALI—Para petani milenial bawang putih yang tergabung dalam Kelompok Argo Ayuning Tani di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali melakukan panen perdana, Senin (19/4/21).
Panen bawang putih ini merupakan varietas unggul jenis Tawangmanggu Baru dilakukan di lahan percontohan (demplot) seluas 1.200 M2 di Dusun Pasah Desa Senden, dihadiri Bupati M Said Hidayat Kepala Dinas Pertanian setempat Bambang Jiyanto, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo, Camat, dan kepala desa setempat.
Ketua kelompok tani “Argo Ayuning Tani”, Sugiyantoro berharap, hasil panen yang cukup memuaskan itu diharapkan mampu membangkitkan lagi semangat para petani untuk menanam bawang putih kembali.
Sejak Desember 2020 varietas ini direplikasi ke wilayah Desa Senden Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Keberhasilan uji coba diharapkan dapat mendorong petani setempat untuk kembali membudidayakan bawang putih.
Namun bawang putih varietas unggul jenis Tawangmangu Baru hasil panen para petani itu tidak dijual atau dikonsumsi, melainkan dijadikan benih untuk dibudidayakan lagi.
“Tahun lalu para petani sebenarnya sudah mulai menanam bawang putih lokal. Karena hasilnya tidak begitu bagus, ditambah pemerintah mengimpor bawang putih, maka harga di pasaran anjlok dan para petani sempat frustasi,” kata Sugiyantoro kepada sejumlah wartawan, usai panen.
Benih bawang varietas unggul jenis Tawangmangu Baru dobel kromosom yang ditanam para petani Senden didatangkan dari Tawangmangu Karanganyar yang difasilitasi Bank Indonesia Solo. Pada lahan satu hektar, bawang varietas unggul mampu menghasilkan 21,88 ton basah dengan masa tanam 136 hari.
Selain hasilnya lebih banyak, ukuran bawang putih Tawangmangu Baru juga lebih besar, rasa dan aromanya juga lebih enak.
Sebelum menanam bawang putih jenis Tawangmangu Baru, para petani menanam bawang putih jenis lumbu hijau dan lumpu kuning yang hasilnya hanya 6 sampai 7 ton per hektar dengan masa tanam 110 hari.
“Bawang putih jenis Tawangmangu Baru cocok dibudidayakan di sini karena struktur tanahnya hampir sama,” tambah Sugiyantoro.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo mengatakan, bawang putih merupakan salah satu komoditas pangan strategis penyumbang terbesar inflasi baik secara Nasional maupun Kota Solo.
Penyebabnya defisit stok bawang putih akibat tingginya konsumsi yang tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, sehingga mendorong impor bawang putih. Dengan demikian, bawang putih juga berkontribusi pada defisit transaksi berjalan/ Current Account Deficit (CAD).
Saat ini lebih dari 95% bawang putih yang dijual di pasar Indonesia dari impor. Berdasarkan Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Komoditas Sayuran Tahun 2021 dari Kementrian Pertanian, jumlah kebutuhan bawang putih Nasional 591.596 ton, yang merupakan kebutuhan konsumsi langsung, industri olahan, horeka (hotel, restoran, & katering), hingga benih.
Sementara stok bawang putih kurang dari 10% dari kebutuhan atau hanya 59.032 ton, sehingga kekurangan pasokan dipenuhi dari impor.
“Sebagai upaya pengendalian inflasi dan perbaikan CAD, Pemerintah bersama Bank Indonesia terus mendorong produksi bawang putih dalam negeri melalui pendampingan kepada para petani,” kata Joko.
Untuk mendukung hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo sejak empat tahun lalu melakukan pengembangan bawang putih varietas Tawangmangu Baru di Desa Pancot, Kalisoro, Tawangmangu.
Baik Bupati Boyolali M Said Hidayat berharap, bawang putih jenis Tawangmangu Baru itu juga dikembangkan atau dibudidayakan di tempat lain yang struktur tanahnya memungkinkan.
“Saya melihat, budidaya bawang putih varietas unggul Tawangmangu Baru ini tidak hanya membangkitkan semangat para petani untuk kembali menanam bawang putih, tapi juga membangkutkan semangat anak muda untuk bertani. Kita butuh anak muda kita regenerasi dalam bertani,” pungkas bupati.