octa vaganza

Petani Kota Bangkit (3) Gerakan Ketahanan Pangan Kampung Markisa Yogyakarta

YOGYAKARTA—-Semangat kuat untuk mengubah citra negatif, didorong semangat gotong royong warga Blunarejoh menginisiasi Kampung Markisa,berasal dari tiga slogan: Mari Kita Bersatu, Mari Kita Bersama dan Mari Kita Bisa.

Para relawan menyulap lahan seluas 4.375 meter persegi milik tiga warga  yang tadinya berupa semak belukar dan alang-alang menjadi lahan produktif pada Februari dan awal Maret 2020. Tadinya untuk keperluan destinasi wisata, namun kemudian karena pandemi Covid-19 rencana itu ditunda dan akhirnya timbul gagasan untuk ditanami sayuran.

Mereka membentuk Kelompok Tani Markisa yang beranggotakan 30 orang  Awalnya yang ditanam adalah sawi putih atau sawi dakota (Brassica Juncea L), sayuran yang bagus ditanam di dataran tinggi maupun rendah. Warga mengembangkan pertanian hanya berbekal pengetahuan otodidak melalui proses trial and error.

Seiring perjalanan waktu, warga mendapat bantuan dari Keluarga Mahasiswa Universitas  Gajah Mada (Kagama) Care Ketahanan Pangan, yang secara bertahap memberikan bantuan benih berbagai jenis tanaman pertanian (sawi, bayam, kangkung, cabai, terong, tomat, jagung, kacang panjang, pare, gambas, timun, ubi kayu, markisa, anggur, serta pupuk, media tanam dan hingga obat pemberantas hama, demikian dikutip dari laman Kagama.

Kampung Markisa terus berkembang menjadi empat unit kegiatan yaitu budi daya pertanian (tanaman pangan, ternak lele dan lebah madu), gantangan (latihan dan kontes burung), jemparingan (latihan dan kompetisi panahan) dan UMKM (kuliner khas Jawa, souvenir, kerajinan, dan sebagainya).

Koordinator Lapangan Bidang Pertanian Kagama Rahmi Sri Sayekti mengatakan Kampung Markisa Blunyahrejo menjadi pilot project bagi PIAT (Pusat  Inovasi Agroteknologi) UGM untuk program bank sayur.

“Kami memberikan pendampingan mulai dari masa tanam, panen, hingga pemasaran lanjutan bagi sayuran yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar”, ungkap Rahmi seperti dikutip laman Kagama.

Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta hingga instans swasta dan pemerintah ikut memberikan dukungan. Hingga akhirnya terwujud Kampung Markisa sebuah kampung pertanian perkotaan terintegrasi yang sukses, kampung yang bersih, sehat, indah dan memakmurkan warganya. panen raya pertama pun sudah dilakukan pada 4 Agustus 2020 lalu.

Pemkot Yogyakarta mengapresiasi keberadaan Kampung Markisa dan akan menjadikannya contoh yang bisa direplikasi kampung-kampung lain. Pemkot juga akan membuat model paket wisata ‘Jajah Kampung’, yang rencananya akan bekerjasama dengan hotel-hotel di sekitar Yogyakarta agar wisatawan bisa masuk ke kampung-kampung yang ada di kota gudeg ini.

Ketua Agricultur Kampung Markisa Toto Purnomo mengungkapkan bahwa pada panen perdana Agustus lalu menghasilkan sawi dakota sekitar 55 kilogram, sawi bakso 40 kilogram, kangkung 10 kilogram, cabe rawit 12 kilogram, terong 60 kilogram dengan omzet  lebih dari  Rp1 juta.

Panen kedua sekitar Oktober, terong mencapai 70 kilogram, tomat 12 kilogram, cabe rawit 15 kilogram dan sebagainya.

“Kami juga punya unit lele dan budi daya maggot (belatung). Selain itu kami punya kegiatan lomba burung gantangan setiap Jumat dengan rata-rata sekitar 300 peserta dan Minggu Legi dengan 600 peserta,” papar Toto ketika dihubungi Peluang, Kamis (19/11/20).

Unit pertanian katanya,  melibatkan 28 orang, walau hanya 13 aktif, lele 10 orang dan maggot dua orang.

Ke depan, Toto mengatakan kampungnya  mempersiapkan untuk menjadi agrowisata. Pihaknya sudah mendapat dukungan  Dana Keistimewaan. Saat ini sudha tiga spot selfie.

“Selain itu kami juga punya tanaman markisa, yang menjadi nama kampung kami dan sedang disiapkan jadi produk sirup dan olahan. Namun yang penting kami menjadi bagian dari gerakan ketahanan pangan, ” pungkasnya (Irvan Sjafari).

Exit mobile version