octa vaganza

Petani Kota Bangkit (2), Urban Farming Berkembang di Kota Kembang

                    

BANDUNG—Terinspirasi dari Sang Paman yang tinggal di Surabaya, kakak beradik Dian Tantri Anggraeni dan Dita Pramudya Wardani memutuskan mendirikan usaha petani hidroponik awal 2016. Mereka  mengelola lahan milik seorang kawan ayahnya dengan luas 10 x 12 meter berlokasi di kawasan Tanjungsari, Antapani, Bandung.

Keinginan mereka ternyata mendapat sambutan pasar. Walaupun awalnya hanya ibu rumah tangga, namun kemudian pelanggannya meluas ke restoran bahkan masuk pasar swalayan.  Dengan brand Pondok Sayur Asri, kakak beradik ini menawarkan sayuran sehat bebas pestisida. Di antara sayur yang ditanam kangkung, selada, bayam, daun mint dan sebagainya.

“Untuk panen saya berusaha untuk bisa berlangsung setiap minggu panen. Untuk omzet belum banyak,  karena ini usaha kami masih  kecil,” kata Dian ketika dihubungi Peluang, Kamis (12/11/20) melalui WhatsApp.

Lanjut Dian, animo warga Bandung untuk mencoba menanam syauran dengan cara hidroponik besar. Itu diceritakan bisnis penjualan dan pembuatan instalansi hidroponik. Namun umumnya mereka ingin menanam sayuran untuk kebutuhan sendiri.

“Saya bersama teman sebelum pandemi rutin mengadakan pelatihan hidroponik untuk pemula. Hasilnya kami sudah melatih sekitar 250 orang,” kata Dian.

Menurut Dian  sebetulnya ketahanan pangan di Kota Bandung sudah bisa tercipta kalau jumlahnya  petani kota bertambah.  Setidaknya kebutuhan sayur mayur yang tidak terlalu besar  bisa dipenuhi. Bisa, 

“Asal menanam dengan pola yg benar. Masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sayurnya sendiri. Mungkin variasi sayurnya yang terbatas,  apalagi kalau  lahannya sempit,” pungkas Dian.

Sebagai catatan, Kepala Dinas Pangan dan Tanaman (Dispangtan) Kota Bandung Gingin Ginanjar pernah mengungkapkan ketika gerakan urban farming merambah kota Bandung pada 2014 hanya ada 20-an kelompok melesat menjadi sekitar 150 pada 2019.

Hasil dari urban farming di Kota Bandung sejauh ini dirasa cukup positif. Setidaknya, 5-6 persen kebutuhan pangan warga Kota Bandung bisa terpenuhi dari urban farming.

Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mengungkapkan pada 2019 jumlah produksi sayur di kota tersebut, untuk kangkung mencapai 22 ton, bayam 1,2 ton, kembang kol juga sekitar  1,2 ton (Irvan Sjafari).

Exit mobile version