JAKARTA—-Bagaikan jamur di musim hujan, para petani di Jakarta mulai bermunculan, justru ketika lahan untuk pertanian di Jakarta makin menyempit. Warga kota makin sadar bahwa mereka bsa memanfaatkan perkarangan sempit dengan cara efesien dan efektif, yaitu hidroponik.
Latifah, warga Pertukangan Selatan, JakartaSelatan adalah salah seorang di antaranya. Ibu rumah tangga ini menegnal hidroponik sejak 2017 dengan memanfaatkan Gang Hijau Asmat, Jalan Manunggal. Dia mengaku awal gerakannya hanya ingin menjadikan lingkungan lebih hijau indah dan asri masyarakat bisa mendapatkan sayuran dekat dan sehat dengan harga yang terjangkau.
Baru pada Juni 2018, Latifah memutuskan untuk menjadikannya komersial. Dengan modal luas lahan 150 meter persegi, dengan 60% difungsikan dengan 3.500 lubang tanam, dia serius menjadi petani kota. Latifah menjadi petani dengan modal Rp10 juta untuk pembuatan instalansi dan Rp1 juta untuk modl petani dan peralatan hidroponik.
“Semua yang saya lakukan mendapatkan pendampingan secara rutin oleh para penyuluh wilayah dari Dinas KPKP Kecamatan pesanggrahan,” ujar Latifah kepada Peluang, Kamis (12/11/20).
Dengan delapan jenis sayuran, Latifah memetik panen pertama pada Juni 2018. Setiap dua minggu sekali panen, bahkan saat ini setiap hari bisa panen dengan pola atur tanam karena kebun diperuntukan untuk masyarakat sekitar.
Meskipun demikian omzet yang diraupnya masih sedikit, sekitar Rp4-5 juta per bulan. Namun Latifah membuat terobosan membuat olahan sayuran menjadi selai, jus, kue hingga puding.
“Rencana ke depan saya bisa membangun pertanian hidroponik saya lebih besar lagi dan lebih profesional lagi dan bisa memenuhi kebutuhan akan sayur masyarakat , dan bisa tembus ke pasar atau resto dan pasar swalayan,” kata pungkas Latifah (Irvan Sjafari).