JAKARTA—Ketua Gabungan Pengusaha Makan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adi S Lukman mengakui harus melakukan koreksi target pertumbuhan dari 10 persen menjadi 8 hingga 9 persen.
Gapmmi mengakui pertumbuhan industri minuman menjadi tertekan, karena minat masyarakat pada minuman ringan seperti minuman soda dan minuman manis berkurang karena faktor kesehatan.
“Sejumlah konsumen juga sudah mulai mempunyai kebiasaan membawa botol air minum. Bahkan orang sudah mulai berhemat untuk membeli satu botol minuman untuk berdua,” ungkap Adhi kepada wartawan di Jakarta, Senin (3/11/2018).
Dengan demikian menurut Adhi terjadi perlambatan industri pertumbuhan minuman antara satu hingga dua persen. Selain itu pihaknya juga menyoroti terjadinya penurunan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah, di antaranya makanan pokok seperti mie instan.
Untungnya hal tersebut masih diimbangi dengan meningkatnya tren pertumbuhan industri makanan, seperti susu, minyak goreng, biskuit hingga bakeri.
“Mulai masuknya penjualan es krim ke daerah membantu mendorong pertumbuhan industri makanan pada 2018 ini. Begitu juga dengan keberadaan minimarket di daerah perdesaan,” ujar Adhi.
Adhi masih optimis dengan masa depan industri mamin karena kesempatan untuk ekspansi terutama di wilayah luar Jawa masih sangat besar (van).