Site icon Peluang News

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Cukup Berdaya

Jakarta (Peluang) : Ekonom PermataBank, Josua Pardede menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup berdaya tahan dibandingkan dengan sebagian besar negara maju yang memang mengalami perlambatan.

Kendati begitu, Josua mengingatkan masih terdapat beberapa risiko yang berpotensi menyebabkan perekonomian Indonesia menurun, yakni perang Rusia dan Ukraina, tantangan kebijakan zero Covid-19 di Tiongkok, serta kenaikan harga komoditas yang telah mendorong kenaikan inflasi global.

Josua optimistis perekonomian Indonesia tumbuh 4,9 persen hingga 5,2 persen pada keseluruhan tahun 2022. Hal ini karena dipicu oleh capaian ekonomi triwulan II yang bertumbuh 5,44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

“kita lihat hingga semester I-2022 pertumbuhan ekonomi cukup solid, dan konsumsi juga kembali ke level 5 persen yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dari mobilitas masyarakat,” kata Josua diskusi bertajuk “Inflasi dan Bayang-bayang Kenaikan Suku Bunga, Kapan Waktunya Kredit?”, secara virtual, di Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Josua mengingatkan bahwa kenaikan inflansi global juga akan mendorong perlambatan ekonomi global. Akibat berbagai tantangan yang ada, seluruh lembaga internasional baik Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, maupun Bank Pembangunan Asia (ADB), telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini akan cenderung lebih rendah, begitu pula dengan tahun depan.

Berbeda dengan Indonesia, ia berpendapat meski proyeksi ekonomi Indonesia turut dipangkas, pertumbuhan ekonomi domestik hingga akhir tahun ini kemungkinan akan cukup berdaya tahan. Tetapi risiko dari inflasi harus tetap pertimbangkan karena harga komoditas meski sudah sedikit melandai, dan masih relatif lebih tinggi dibandingkan 2019. Begitu juga dengan harga kontainer yang masih belum kembali ke kondisi normal.

Josua juga menyebutkan bahwa inflasi global cenderung tinggi dan menyebabkan sebagian besar bank sentral global sudah mulai menaikkan suku bunga acuan yang kemungkinan akan mempengaruhi kinerja perekonomian dunia pada semester kedua tahun ini, yang tentunya juga akan mempengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia.

“ Tapi inflasi domestik diperkirakan cenderung akan lebih tinggi dengan pengaruh peningkatan inflasi global yang pada akhirnya kemungkinan bisa menghambat daya beli masyarakat khususnya di sisa akhir tahun ini,” bebernya.

Exit mobile version