
PeluangNews, Jakarta – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan, pihaknya kembali akan mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta seperti Shell, BP AKR, dan Vivo.
“Impor BBM tersebut berasal dari banyak sumber,” kata Simon dilansir dari YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/9/2025).
Menurut dia, hak itu bertujuan untuk bisa menyediakan base fuel yang akan dibeli SPBU swasta sehingga stok BBM non-subsidi kembali normal.
“(Impor tambahan) Dari mana saja. Tadi kan disampaikan oleh Pak Menteri (Menteri ESDM Bahlil Lahadalia) juga, pokoknya kita usahakan dalam satu minggu ke depan ini sudah terpenuhi dan SPBU swasta sudah bisa berjalan normal,” kata dia.
“Volumenya (impor) juga masih menunggu laporan dari masing-masing badan usaha swasta,” ujarnya, menambahkan.
Namun, Simon memastikan bahwa impor tambahan yang dilakukan hanya disesuaikan dengan kebutuhan SPBU swasta sampai akhir 2025. Sementara itu, kuota impor BBM pada 2026 masih terus dibicarakan.
Simon mengutarakan Pertamina akan mengusahakan ketika ditanya lebih lanjut apakah bisa merealisasikan target mendatangkan base fuel dalam waktu satu minggu ke depan.
Sebelum ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan SPBU swasta seperti Shell, BP AKR, Vivo, hingga Exxon, sepakat membeli BBM dari Pertamina.
Kesepakatan itu diambil usai rapat bersama di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/9/2025), untuk mengatasi kelangkaan pasokan BBM non-subsidi di sejumlah SPBU non-Pertamina.
Dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta pada Jumat kemarin, Menteri Bahlil juga membenarkan bahwa PT Pertamina akan melakukan impor tambahan BBM untuk memenuhi pembelian SPBU swasta.
Impor baru itu dilakukan karena saat ini stok BBM yang dimiliki Pertamina sudah berupa bensin yang dicampur bahan aditif.
Sementara itu, kesepakatan pembelian BBM Pertamina oleh swasta mensyaratkan berupa base fuel atau minyak murni.
“Dipastikan (mengimpor baru) karena pasokan Pertamina yang sekarang sudah dicampur, jadi kemungkinan besar impornya impor baru. Jangan tanya dari mana, yang penting tujuh hari barang sudah tiba di Indonesia,” ujar Bahlil, menandaskan.
Bahlil pun mengungkapkan kepastian volume impor ditentukan usai pembahasan teknis antara pemerintah, swasta, dan Pertamina tuntas.
Pertamina Patra Niaga selaku anak perusahaan PT Pertamina (Persero) saat ini masih memiliki sisa kuota impor sebesar 34% atau sekitar 7,52 juta kiloliter.
Kuota ini disebut cukup untuk memenuhi tambahan alokasi bagi SPBU swasta hingga Desember 2025 sebesar 571.748 kiloliter. []







