JAKARTA— Kementerian Pertanian mencatat ekspor cengkeh mengalami kenaikan pada 2020, karena naiknya permintaan di negara importir. Pada 2020, volume ekspor sekitar 47,7 ribu ton, sedangkan 2019 sekitar 25,9 ribu ton.
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan, Hendratmo Bagus Hudoro mengatakan, untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor, pemerintah melakukan rehabilitasi tanaman yang sudah tua dan produktivitasnya rendah.
“Pemerintah pada 2021 melakukan pengembangan cengkeh berupa kegiatan rehabilitasi seluas 100 Ha di sentra produksi antara lain Kabupaten Toli-toli (Sulawesi Tengah), Kabupaten Purwakarta (Jawa Barat), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur dan Maluku,” ujar Bagus dalam keterangan tertulis, Senin (16/8/21).
Secara umum, kebutuhan cengkeh dalam negeri masih tercukupi. Rata-rata kebutuhan cengkeh nasional 120-140 ribu ton, dan sekitar 95 persen digunakan sebagai komponen bahan baku industri hasil tembakau.
Hingga saat ini luas areal cengkeh nasional mencapai 574.76 hektar (Ha) dengan produksinya mencapai 140.812 ton serta produktivitas rata-rata 400 kg/Ha.
Dalam lima tahun terakhir rata rata produktivitas cengkeh nasional relatif ada sedikit menurun. Jika pada tahun 2015 mencapai produktivitasnya sebesar 441 kilogram (Kg)/Ha, sedangkan pada 2020 produktivitasnya sebesar 416 Kg/ha.
“Turunnya produktivitas cengkeh itu, karena umur tanaman yang tua, kurang pemeliharaan, dan juga adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT),” tutup dia.