hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Persepsi Masyarakat tentang Kegagalan

Billy Lim

 

DUNIA lebih mengagungkan seorang pemenang dan menolak seorang yang kalah. Hal ini seperti membawa pesan bahwa dalam kehidupan hari ini hanya terdapat dua golongan, yaitu orang yang menang dan orang yang kalah. Seandainya anda tidak menempati peringkat nomor satu, atau sekurang-kurangnya lima nomor teratas, anda dianggap sebagai seorang yang gagal.

Sebenarnya, sejak zaman dahulu manusia telah belajar melalui kesalahan. Jutaan manusia terdahulu telah melakukan berjuta kesalahan untuk sampai ke tahap yang ada sekarang. Kita kini mempunyai 150.000 kata yang sama untuk menceritakan pengalaman yang berbeda-beda.Namun, kita masih akan dihina jika melakukan kesalahan. Cukup menarik misalnya pada abad ke-13 biarawan dianggap sebagai orang yang gagal.

Jika kita gagal, ada beberapa hal yang seharusnya tidak boleh lagi kita harapkan. Misalnya, jangan berharap orang akan memuji. Atau orang akan memahami kegagalan kita. Atau agar kita tidak disalahkan. Atau rekan-rekan kita akan berada di sekeliling kita. Atau orang akan meminjamkan kita uang sebagai bantuan sementara. Atau orang bank akan memberikan pinjaman selanjutnya. Bahkan jangan berharap anggota keluarga kita memahami kita.

Saya terpaksa menjual mobil dan menggantinya dengan mobil bekas tua. Saya terpaksa hidup dengan memakan mi instan saat pagi, siang dan malam. Saya terpaksa pindah dari rumah lama dan menyewa sebuah kamar yang sangat kecil. Kebanyakan rekan-rekan sudah tidak ada lagi. Saya dituduh menyelewengkan uang perusahaan. Pihak bank menekan saya dengan tuntutan utang yang telah saya pinjam. Yang paling buruk, enam bulan setelah itu, teman wanita saya meninggalkan saya.

Lawan-lawan anda akan memberi teguran seperti, “Bukankah aku sudah bilang…” Dan secara pribadi anda akan merasa rendah diri dan malu jika bertemu dengan orang lain. Semua keadaan ini merupakan proses normal yang terjadi apabila seseorang itu gagal.

Percayalah, anda bukan orang pertama di dunia yang mengalaminya. Bahkan, semua tokoh besar telah melalui tahap yang disebut gagal itu. Saya sangat yakin, tidak ada gunanya bersedih memikirkan kegagalan itu. Sebaliknya, yang terpenting adalah mencari tempat dan sumber kegagalan tersebut. Bagaimanapun, mengetahui sumber kegagalan bahkan lebih penting daripada berhasil tanpa mengetahui sebabnya.

Kita senantiasa bisa mendengar semua pendapat, tetapi ingatlah bahwa tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil terletak pada diri kita sendiri. Jangan menyalahkan diri sendiri karena keputusan yang salah itu. Kita tidak dapat menghindari hakikat bahwa kita mungkin membuat keputusan yang salah. Yang penting adalah kita hanya perlu mengambil satu keputusan yang tepat untuk memperbaiki semuanya.

Suatu waktu, pabrik milik penemu terbesar, Thomas Edison, terbakar. Ia menyaksikan segala hasil eksperimen dan peralatannya hangus tanpa bisa berbuat apa-apa. Dia panggil anaknya, “Ke sini, Charles. Kamu tidak akan pernah melihat sesuatu seperti ini sekali lagi.” Kepada istrinya ia bilang, “Habislah semua kesalahan kita. Sekarang kita bisa memulai hal yang baru!” Setelah kejadian itu, Edison membangun pabriknya lagi dan berhasil menciptakan gramofon.

Jadi, kegagalan masa lalu adalah pedoman bagi keberhasilan di masa mendatang. Sampai anda mencoba, anda tidak akan tahu apa yang tidak bisa anda lakukan. Tidak banyak orang yang dapat mengakhiri perjalanan menuju keberhasilan tanpa beberapa kali mengalami kehancuran.

Eleanor Roosevelt punya saran menarik untuk dicamkan,”Lakukanlah apa yang menurut firasatmu mana yang benar—karena kamu tetap akan dikritik. Sama saja kamu melakukannya atau tidak, kamu akan tetap dihina.●

 

Billi Lim Penulis buku Berani Gagal (Dare to Fail), international best seller.

pasang iklan di sini