hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Perkuat Layanan Transaksi dengan Digitalisasi

Transformasi dari konvensional menjadi syariah diikuti dengan peningkatan kualitas dalam segala aspek untuk kenyamanan anggota.

IMPLEMENTASI teknologi bukan hal asing bagi KSPPS Bakti Huria Syariah. Koperasi yang berpusat di kota Makassar Sulawesi Selatan ini sudah mengadopsi teknologi informasi dalam layanannya sejak 13 tahun silam.

Kini Koperasi syariah yang dipimpin Andi Amri ini setidaknya menggunakan dua aplikasi untuk pelayanan yaitu U-Mobile dan ANGGOTAKU. U-Mobile tersambung secara langsung (online) dengan komputer di kantor cabang terdekat, sehingga untuk transaksi setoran tabungan dan angsuran pinjaman dapat dilakukan secara real time online ke data base kantor pusat.

Sedangkan aplikasi ANGGOTAKU, digunakan para anggota untuk melakukan transaksi seperti cek saldo, pembelian pulsa, token listrik, serta kebutuhan lainnya.

“Kami menyadari penggunaan teknologi digital dapat meningkatkan daya saing usaha koperasi dan kepercayaan para anggota,” ujar Andi.

Secara best practice, adopsi teknologi informasi terbukti dapat mempercepat proses administrasi sekaligus meningkatkan efisiensi. Daya jangkau layanan pun menjadi lebih luas. Tidak kalah pentingnya adalah memberi kenyamanan dan pengalaman baru untuk para anggota.

Apalagi di era disrupsi seperti saat ini, dimana usaha koperasi tidak saja bersaing dengan sesama koperasi maupun lembaga keuangan lain tetapi juga dengan perusahaan financial technology (fintech). Tanpa mengadopsi teknologi dalam proses bisnis maupun produk dan layanan, koperasi hanya akan menjadi pelaku usaha pinggiran sebelum akhirnya tinggal nama.

Andi menyadari, hanya dengan inovasi teknologi koperasi akan bisa berbicara lebih banyak untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, desain pengembangan teknologi disesuaikan dengan kebutuhan anggota baik untuk keperluan pembayaran sehari-hari maupun transaksi dengan koperasi.

Agar penerapan teknologi digital tepat guna, Pengurus pun telah mendidik para karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan kepercayaan diri, terutama petugas di lapangan. Ini penting agar anggota mendapatkan informasi yang benar mengenai produk tersebut.

Luncurkan Produk Baru

Pada tahun ini inovasi KSPPS Bakti Huria Syariah akan terus berlanjut. Peluncuran produk baru, kata Andi, akan dilakukan untuk menggenjot jumlah simpanan anggota dan penyaluran pembiayaan.

“Kami akan melakukan diversifikasi produk pembiayaan dan simpanan dengan menerbitkan produk pembiayaan sanitasi dan air minum serta produk simpanan gebyar investasi syariah (GIS),” ungkap Andi.

Selain itu, koperasi yang didirikan pada 2003 itu juga akan meluncurkan produk simpanan wisata dan simpanan hari tua. Ini untuk mengakomodir kebutuhan anggota sekaligus menambah portofolio usaha koperasi.

Peningkatan simpanan anggota penting untuk menopang rencana-rencana bisnis koperasi. Sebab, sebagai kumpulan orang, koperasi haruslah berbasis pada partisipasi anggota yang salah satunya ditunjukkan melalui produk simpanan.

Sementara pembiayaan sanitasi dan air minum diluncurkan karena anggota memerlukan produk tersebut. Ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) yang salah satu tujuannya adalah ketersediaan ari bersih dan sanitasi yang layak.

Inovasi lain yang akan dilakukan adalah mengembangkan bisnis ritel di berbagai wilayah di Sulsel. Ini untuk menangkap peluang bisnis yang tersedia. Sebab, Sulsel merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang ekonominya terus bertumbuh.

Bisnis ritel juga merupakan upaya diversifikasi usaha yang dilakukan Bakti Huria Syariah agar lebih banyak lagi sumber pendapatan bagi koperasi. Dengan semakin beragamnya lini usaha yang dimiliki, koperasi pun memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menggenjot sumber pemasukan.

Menambah Kantor Cabang

Untuk lebih mendekatkan layanan dengan anggota, Pengurus pun akan menambah jaringan kantor cabang ke 25 dan 26 masing-masing di kabupaten Bulukamba dan Bantaeng. Saat ini jumlah kantor cabang KSPPS Bakti Huria sejumlah 24 kantor yang tersebar di berbagai kota/kabupaten di Sulsel.

Dengan penambahan ini diharapkan anggota semakin nyaman dan mudah mengakses layanan Bakti Huria Syariah. Adanya kedekatan kantor dengan tempat tinggal anggota juga dapat meningkatkan komunikasi Pengurus dan anggota. Pada sisi lain, ini juga memudahkan para pengurus untuk mengenal profil risiko dari anggota.

Andi menambahkakan, sejalan dengan inovasi dan penambahan kantor cabang Pengurus juga terus meningkatkan kualitas aset. Untuk itu, pihaknya juga telah melaksanakan IdScore, sejenis BI Checking jika di perbankan.

Pelaksanaan IdScore ini membantu para pengurus untuk meningkatkan tata kelola terutama mengetahui secara dini potensi pembiayaan yang mungkin bermasalah di kemudian hari. Dengan begitu, pembiayaan yang disalurkan kepada anggota jauh lebih berkualitas. “Perkuatan sistem dan infrastruktur seperti IdScore untuk mendukung pembiayaan yang berkualitas,” ungkap Andi.

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM pun terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan usaha koperasi. Melalui pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan diharapkan SDM koperasi lebih kompeten sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.

Pelaksanaan pendidikan perkoperasian merupakan salah satu prinsip koperasi yang sejauh ini konsisten dilakukan oleh Bakti Huria Syariah. Melalui pendidikan perkoperasian anggota dapat mengetahui hak dan kewajiban terhadap koperasi.

Transformasi Syariah

Didorong keinginan untuk memenuhi harapan anggota sekaligus menerapkan sistem ekonomi yang berkeadilan, Bakti Huria pun mengonversi diri dari konvensional ke syariah. Hal ini telah dikukuhkan dengan surat dari Kementerian Hukum dan HAM pada 17 Februari 2020.

Keinginan untuk membumikan ekonomi yang lebih berkeadilan tersebut tidak dapat dilepaskan dari latar sejarah pembentukan koperasi ini. Awalnya bernama KSP “Bakti Churia” yang merupakan singkatan dari “Center for Human Rights in Action”. Adalah suatu lembaga yang bergerak dalam usaha Simpan Pinjam yang diperuntukkan untuk masyarakat kecil dan menengah yang bertujuan untuk membantu dalam hal penambahan modal kerja. Kemudian pada 30 Juni 2006 dari hasil RAT, KSP Bakti Churia berganti nama menjadi KSP Bakti Huria.

Apalagi saat itu, kondisi riil pelaku usaha mikro di Sulsel terdapat 70% berada di pedesaan dan pesisir. Dengan demikian peran lembaga keuangan mikro harus digenjot sebagai lembaga yang dekat dengan pelaku UMKM ketimbang lembaga keuangan lainnya.

Selama ini peran lembaga keuangan mikro dan koperasi telah menjadi ujung tombak pengentasan kemiskinan baik secara nasional maupun internasional terutama di negara-negara berkembang.

Dengan berganti sistem syariah, kata Andi, peran KSPPS Bakti Huria dalam membantu permodalan kaum marjinal dapat lebih terasa. “Transformasi syariah bukan hanya ganti label, tetapi didasari pada keinginan untuk lebih berkontribusi pada ekonomi yang lebih berkeadilan bagi anggota dan masyarakat di Sulsel,” pungkas Andi.

Label syariah memang bukan sekadar ganti nama yang kemudian disahkan oleh negara. Tetapi ada semangat yang dilandasi oleh nilai-nilai untuk memajukan ekonomi yang lebih bermartabat dan berkeadilan sesuai dengan tujuan syariah itu sendiri.  (Kur)

pasang iklan di sini