hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Perjuangan Mama Kristina: Dari Kios Sembako ke Kampus Impian, Berkat Modal dan Pendampingan Kopdit Pintu Air

Perjuangan Mama Kristina: Dari Kios Sembako ke Kampus Impian, Berkat Modal dan Pendampingan Kopdit Pintu Air
Perjuangan Mama Kristina: Dari Kios Sembako ke Kampus Impian, Berkat Modal dan Pendampingan Kopdit Pintu Air/dok.peluangnews-nivan

PeluangNews, Ende – Di sebuah sudut Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, kehidupan berdenyut sederhana di kios sembako milik Kristina Soke (49). Di balik tumpukan beras, minyak goreng, dan barang kebutuhan harian, tersimpan sebuah tekad yang jauh lebih besar daripada rak-rak dagangannya: memastikan ketiga anaknya meraih pendidikan setinggi mungkin.

“Kebahagiaan saya itu kalau anak-anak bisa sekolah tinggi,” ujar perempuan yang akrab disapa Mama Kristina itu, sembari melayani pembeli di kios kecilnya di Jalan Raya Ende–Maumere.

Hari ini, kerja kerasnya telah menorehkan hasil. Anak sulungnya kini duduk di semester tiga Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, sementara dua adiknya masih bersekolah di bangku SMA. Bagi Mama Kristina, pencapaian itu seperti bunga yang mekar dari perjalanan panjang penuh perjuangan.

Awal Langkah: Modal Pertama yang Mengubah Arah Hidup

Perjalanan usaha Mama Kristina dimulai pada 2018. Dengan niat membuka kios sembako, ia tahu bahwa modal menjadi kunci. Di titik itulah ia memilih menggandeng KSP Kopdit Pintu Air KCP Detusoko sebagai mitra keuangan pertamanya.

“Sejak awal buka kios memang sudah ajukan pinjaman modal,” kenangnya.

Pinjaman pertama sebesar Rp15 juta menjadi fondasi dagangannya. Setelah usahanya berjalan dan ia membuktikan kedisiplinan membayar angsuran, pinjaman kedua sebesar Rp30 juta kembali diberikan. Kini, ia mengelola pinjaman ketiganya sebesar Rp50 juta.

“Lancar semua, tiap bulan. Tidak selalu penuh, tapi pengembalian tetap lancar,” ujarnya, menandai integritas dan komitmennya.

Meski persaingan kios semakin ketat, Mama Kristina tetap teguh. Ia tak bicara soal ekspansi besar; yang ia jaga adalah kestabilan. Bahkan, demi menambah pemasukan, ia menjajakan kue buatan sendiri di Pasar Datusoko setiap pagi.

Modal Usaha yang Menjadi ‘Tiket Masa Depan’

Bagi Mama Kristina, Kopdit Pintu Air bukan sekadar tempat meminjam uang—tetapi jembatan menuju masa depan yang ia impikan untuk anak-anaknya.

“Oh, itu membantu sekali. Dari awal bergabung, Pintu Air sangat bantu Mama,” tuturnya.

Modal yang ia terima tak hanya diputar untuk menjaga stok barang di kios, tetapi juga disisihkan untuk keperluan pendidikan tiga anaknya.

“Bisa membiayai anak-anak,” katanya bangga.

Loyalitasnya kepada Kopdit Pintu Air pun tak tergoyahkan:
“Mama hanya pinjam di Pintu Air, tidak di tempat lain.”

Pendampingan yang Membuat Anggota Tumbuh

Ketua Komite KCP Detusoko, Dionisius Benu, menegaskan bahwa kekuatan Kopdit Pintu Air bukan pada cepatnya pencairan kredit, melainkan pada pendampingan yang menyertai setiap anggota.

“Kami bukan lembaga yang hanya memberi lalu lepas. Kami memberi, mendampingi, dan menumbuhkan,” jelasnya.

Ia menguraikan bahwa sebelum pinjaman disalurkan, petugas koperasi terlebih dahulu berdiskusi dengan calon peminjam untuk menganalisis kelayakan usaha dan memastikan pinjaman digunakan secara produktif.

Pendampingan mencakup:

  • Manajemen keuangan, seperti memisahkan uang pribadi dan uang usaha.

  • Pencatatan arus kas, agar angsuran tetap lancar tanpa menggerus modal.

  • Pendampingan operasional, melalui kunjungan rutin petugas lapangan.

  • Motivasi usaha, terutama saat anggota menghadapi kendala.

“Kami menjadi teman diskusi mereka. Kalau ada masalah, cari solusi sama-sama,” kata Dionisius.

Pendampingan berkelanjutan ini diyakininya sebagai kunci keberhasilan banyak anggota.

“Anggota yang mengikuti arahan kami, pasti sukses. Seperti Mama Kristina—usahanya stabil, ekonominya membaik, dan keluarga ikut sejahtera.”

Arah Masa Depan yang Lebih Terang

Di akhir percakapan, Mama Kristina menyampaikan harapan sederhana untuk koperasi yang telah menjadi sahabat perjalanannya:

“Semoga Pintu Air makin maju, anggotanya makin banyak, dan terus bantu kami.”

Di kios kecil itu, perjuangan seorang ibu terus menyala. Bukan hanya untuk menyambung hidup, tetapi untuk memastikan bahwa generasi setelahnya dapat melangkah lebih jauh. Dan di balik langkahnya, selalu ada kehadiran Kopdit Pintu Air yang mendampingi dari awal hingga tumbuh. (Nivan)

pasang iklan di sini