octa vaganza

Perempuan dari Lembang Ini Produksi Keju Tanpa Pengawet

Mila Camila-Foto: Dokumentasi Pribadi.

BANDUNG-—Menyadari bahwa keju yang banyak beredar menggunakan pengawet, Mila Camila akhirnya berpikir mengapa tidak membuat sendiri keju untuk anak-anaknya biar lebih sehat.  Inspirasinya melihat pembuatan keju di Youtube.

“Kemudiansaya disarankan suami untuk membuat keju yang bisa dijual dan untuk itu saya belajar sendiri dari teman di Belanda melalui  surat elektronik (email). Setelah eksperimen selama enam bulan karena membuat keju asli cukup rumit, karena harus didukung ilmu biologi dan fisika, lumayan stress, akhirnya saya mulai usaha pada Juli 2017” papar Mila kepada Peluang, Jumat (28/9/2018).

Untuk menjalankan usaha ini Mila mengeluarkan modal  sedikit demi  sedikit mulai dari membeli alat masak dan sebagainya.  Bahan dasar keju didatangkan dari Dinas Peternakan Cikole dan peternak di Cisarua penghasil susu terbaik.

“Namun bahan pembuatan susu jadi keju itu harus impor. Terkendala dollar naik.  Alhamdulilah ada bahan utama yang udah produksi sendiri,” lanjut  perempuan kelahiran 10 Februari 1981.

Terang Mila  untuk mendapatkan satu kilogram keju itu dibutuhkan  10 liter susu yang bagus. Itu sebabnya harga keju asli mahal.  Kami produksi antara 30 hingga 100 liter per dua hari terkandung pemesanan.  Itu sebabnya omzet juga tidak menentu antara Rp3 hingga 5 juta per bulan.

Keju produksinya dijual per kotak 200 gram seharga  Rp30 ribu. Sementara per kilogram Rp120 ribu. Pemasaran dilakukan secara daring  (online). Mila bersyukur produknya sudah mulai masuk ke toko oleh-oleh di  Bandung  melalui suplier.

“UKM seperti kita terhambat dengan permodalan jadi hanya mampu sesuai keuangan kita saja. Saat ini alhamdulilah lagi projek  sama peternak dari Cisarua.  Sapinya kita kasih air whey atau air sisa keju untuk mendapatkan hasil susu sapi yang baik. Selain itu ada juga mahasiswa Unpad yang lagi skripsi pembuatan biodiesel menggunakan Whey dari kita,” tutur perempuan yang pernah kuliah di FISIP Universitas Pasundan ini.

Keju produksi Kahuripan-Foto: Dokumentasi pribadi.

Mengapa nama brandnya Kahuripan? Kahuripan itu artinya subur atau bisa juga hidup.  “Saya bercita-cita mendirikan industri keju dan menyerap banyak tenaga kerja,” tutupnya (Irvan Sjafari).

Exit mobile version