Menjadi orang nomor satu di lembaga apapun tentu membutuhkan keterampilan dan kompetensi yang memadai. Terlebih di industri jasa keuangan yang masih didominasi kaum adam. Namun beberapa perempuan sukses menjadi pemimpin di industri tersebut. Berikut antara lain rinciannya:
Friderica Widyasari- Direktur Utama Danareksa Sekuritas
Eks Artis Yang Ahli Keuangan
Tidak banyak orang dari dunia entertainment yang kemudian banting setir ke industri finansial. Namun tidak demikian halnya dengan Friderica Widyasari atau biasa disapa Kiki yang mengawali debutnya di dunia perfilman pada pertengahan 1990-an. Tercatat ia pernah membintangi sejumlah sinetron, antara lain Angling Darmo, Panji Manusia Milenium, dan Doaku Harapanku.
Saat karirnya mulai menanjak, Kiki berubah haluan. Bukan karena kalah bersaing, tetapi mengikuti suara hati. Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada itu kemudian berangkat ke negeri Paman Sam untuk mengambil master of business administration dari California State University of Fresno.
Setelah menamatkan studinya ia kemudian bekerja di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan BEI periode 2006-2007. Selanjutnya pada periode 2007-2009, Kiki dipercaya sebagai Sekretaris Perusahaan BEI.
Mantan Putri Ayu Yogyakarta kelahiran 28 November 1975 itu karirnya terus bersinar sampai ia dipercaya sebagai Direktur BEI periode 2009-2015. Setelah dari BEI, Kiki tetap berkecimpung di industri pasar modal sebagai Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) periode 2016-2019.
Kini ia menakhodai
Danareksa Sekuritas, one stop financial
solution provider yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh Bank BRI. Dengan
rekam jejaknya yang panjang di pasar modal, bukan hal sulit bagi Kiki untuk
memajukan anak usaha BRI tersebut.
Parwati Surjaudaja – Presiden Direkrut Bank OCBC NISP (Tbk)
Optimis dan Inovatif
Sudah 12 tahun Purwati Surjaudaja menjabat sebagai Presiden Direktur Bank OCBC NISP (Tbk). Adalah sang ayah yang juga merupakan pendiri bank tersebut, yaitu Karmaka Surjaudaja yang mendorongnya untuk berkarir di perbankan. Sebelum menjadi orang nomor satu di bank swasta tertua di Indonesia ia dipercaya sebagai Direktur yang menangani audit, keuangan dan perencanaan strategis.
Selama menjabat Presdir sudah banyak perubahan yang dilakukannya. Sehingga tidak heran ia pernah diganjar sebagai salah satu Top 50 Asia’s Power Business Woman, Forbes Asia. Ia dinilai perempuan yang inovatif dan memberikan perubahan yang baik bagi perusahaan.
Tidak ada yang tidak bisa menjadi motonya dalam menjalankan aktivitas keseharian. Ungkapan itu melambangkan sikap optimisme meski dalam kondisi yang sulit. Semangat ini juga ditularkan pada seluruh insan OCBS NISP sehingga berhasil menjadi salah satu perbankan besar di Tanah Air.
Sri Untari, Ketua Pengurus Setia Bakti Wanita (SBW) Malang
Penggerak Koperasi Yang Mumpuni
Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Ungkapan populer itu cukup tepat dalam menggambarkan pencapaian Sri Untari. Sebelum menakhodai Koperasi Setia Bakti Wanita (SBW) Malang Jawa Timur seperti sekarang, ia ulet mengajak masyarakat, utamanya kaum hawa untuk berkoperasi.
Tercatat ia pernah menjadi penyuluh perkoperasian dan pengurus. Berkat kepiawaiannya dalam memimpin, usaha koperasi utmbuh pesat. Pada tahun lalu, omzetnya mencapai Rp135 miliar dengan anggota aktif sebanyak 9.700 perempuan. Dengan pencapaian usaha yang terus bertumbuh, tidak heran ia empat kali dipercaya Ketua SBW Malang.
Koperasi pula yang mengantarkannya meraih gelar akademik tertinggi. Ia sukses menggondol Doktor dengan judul disertasi “Pemberdayaan Perempuan dalam Perspektif Modal Sosial”, dengan mengambil subyek tentang kegiatan perkoperasian di Koperasi SBW Kota Malang.
Melalui penelitian akademik yang dilakukannya, Untari berharap dapat menjadi referensi bagi para pengambil keputusan maupun bagi para praktisi, tentang konsep berkoperasi yang ideal, yakni menggunakan sistem tanggung renteng.
Menurutnya, dalam sistem tanggung renteng terdapat nilai-nilai, norma, jejaring, kepercayaan dan timbal balik. Faktor inilah yang menyebabkan koperasi SBW benar-benar kuat sehingga dapat memengaruhi pengambilan keputusan.
Seperti diketahui, ia merupakan orang yang menggugat UU Perkoperasian Nomor 17/2012 yang tidak sesuai dengan jatidiri koperasi. Hasilnya, UU tersebut dianulir dan kembali ke regulasi perkoperasian yang lama.
Selain sebagai pegiat koperasi, Untara juga tercatat merupakan Ketua Fraksi PDIP DPRD Provinsi Jawa Timur. Politik, baginya, hanya alat untuk membesarkan usaha koperasi di Tanah Air.