hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Bisnis  

PERANG TARIF AS-CHINA GUNCANG PASAR SAHAM GLOBAL

Risiko ketidakpastian di pasar keuangan melonjak setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap mitra dagangnya. Apa yang perlu dilakukan investor?

Saham Wall Street hingga IHSG anjlok setelah pengumuman tarif Trump karena eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin memanas dan menciptakan ketidakpastian besar di pasar keuangan global. Aksi jual besar-besaran terjadi di pasar saham akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi dan resesi global.

Berikut ada beberapa hal yang menjadi fokus pasar terkait kejadian di pasar saham Wall Street atas kejatuhannya akhir-akhir ini:

Eskalasi Tarif dan Ketidakpastian Perdagangan

Trump meningkatkan tarif pada impor dari China hingga 145%, lebih tinggi dari yang sebelumnya diumumkan (125%) di media sosial. Langkah ini memicu kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perdagangan global, terutama antara dua ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan China.

Pasalnya Tarif yang lebih tinggi meningkatkan biaya impor, yang dapat menyebabkan inflasi dan mengurangi daya beli konsumen. Hal ini juga berdampak negatif pada perusahaan-perusahaan besar yang bergantung pada rantai pasokan global, seperti sektor teknologi dan manufaktur. Sehingga Ketidakpastian mengenai langkah tarif selanjutnya membuat investor cemas, sehingga memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham.

Ketakutan Resesi Global. Investor khawatir bahwa perang tarif akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. Bank investasi seperti JP Morgan bahkan memperkirakan kemungkinan resesi global meningkat menjadi 60% akibat kebijakan ini.

Aksi Jual Besar-besaran. Ketidakpastian dan kekhawatiran tersebut membuat investor berbondong-bondong menjual saham, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada perdagangan global seperti teknologi dan manufaktur. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq turun tajam, bahkan mencatat penurunan terbesar sejak pandemi 2020.

Dampak ke Pasar Regional. Karena pasar keuangan global saling terhubung, gejolak di Wall Street langsung menular ke bursa regional seperti IHSG. Investor asing menarik dana dari pasar negara berkembang, memperparah tekanan jual di bursa Asia, termasuk Indonesia. Tingginya tarif menjadi latar belakang atas meningkatkan biaya impor, yang dapat menyebabkan inflasi dan mengurangi daya beli konsumen. Hal ini juga berdampak negatif pada perusahaan-perusahaan besar yang bergantung pada rantai pasokan global, seperti sektor teknologi dan manufaktur.

Volatilitas Pasar yang Tinggi. Meskipun sempat ada lonjakan besar pada pasar saham sehari sebelumnya akibat pengumuman penundaan tarif untuk beberapa negara, euforia tersebut cepat memudar karena tarif terhadap China tetap diberlakukan dengan tingkat yang sangat tinggi. Ketidakpastian ini membuat investor berhati-hati dan memilih menjual aset mereka untuk mengurangi risiko.

Dampak Psikologis Investor. Sentimen negatif di pasar diperburuk oleh ketidakpastian kebijakan Trump, yang sering kali berubah-ubah terkait tarif. Investor khawatir bahwa perubahan kebijakan mendadak dapat terus menciptakan volatilitas di pasar saham.

Secara keseluruhan, kombinasi eskalasi perang dagang, ketidakpastian kebijakan, dan dampak langsung terhadap ekonomi global menjadi alasan utama mengapa saham Wall Street hingga IHSG anjlok setelah pengumuman tarif Trump.

Imbal Hasil Obligasi AS Terdampak

Ketidakpastian pasar berimbas signifikan pada imbal hasil obligasi AS karena beberapa faktor kunci sebagai berikut:

Perubahan Penilaian Risiko dan Inflasi. Ketika ketidakpastian meningkat, seperti setelah pengumuman tarif Trump, investor mengevaluasi ulang prospek ekonomi. Awalnya, imbal hasil obligasi AS turun karena kekhawatiran resesi, namun kemudian melonjak tajam saat investor mempertimbangkan risiko inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dalam jangka panjang. Kebijakan yang menerapkan hambatan perdagangan berpotensi meningkatkan inflasi jangka pendek dan memperlambat pertumbuhan jangka panjang.

Penjualan Paksa dan Margin Call. Volatilitas pasar akibat ketidakpastian kebijakan tarif menyebabkan hedge fund dan manajer aset lainnya terpaksa menjual obligasi setelah mengalami kerugian di pasar karena tingginya risiko. Investor yang menggunakan leverage terutama mereka dengan strategi arbitrase mengalami kerugian besar setelah pengumuman tarif Trump, mendorong penjualan obligasi besar-besaran.

Penurunan Likuiditas Pasar.  Ketidakpastian menyebabkan penurunan likuiditas pasar karena perantara (intermediaries) sering menarik diri dari pengambilan risiko dan meningkatkan biaya transaksi ketika volatilitas tinggi. Kondisi ini memperburuk fluktuasi harga obligasi dan imbal hasilnya.

Pertanyaan tentang Status “Safe Haven”. Biasanya, obligasi pemerintah AS dipandang sebagai instrumen investasi yang aman selama ketidakpastian. Namun, lonjakan imbal hasil belakangan ini justru mengindikasikan adanya gejolak di pasar. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa kenaikan suku bunga obligasi jangka panjang disebabkan oleh keraguan tentang sekuritas Treasuri AS sebagai aset safe-haven global utama.

Ketidakpastian Kebijakan Federal Reserve. Ketidakjelasan kebijakan moneter Federal Reserve di tengah ketidakpastian ekonomi berkontribusi pada volatilitas pasar obligasi. Investor terus memantau tindakan Fed, karena indikasi perubahan kebijakan moneter dapat berdampak signifikan pada imbal hasil obligasi.

Ditambah dengan keluarnya berita bahwa Presiden AS Donald Trump berencana akan mengganti Gubernur the Fed Jerome Powell semakin membuat investor internasional was-was terhadap status dolar sebagai safe haven dan terus melakukan penjualan terhadap obligasi AS. Kekecewaan Trump terhadap Powell muncul setelah kebijakannya bertentangan dengan keinginan Trump yang cenderung menginginkan pemangkasan suku bunga dalam wakktu dekat guna menghindari resesi. Sementara Powell lebih terfokus pada pengendalian inflasi jangka pendek sebagai dampak dari perang tarif saat ini.

Kapan Perang Dagang Berakhir?

Sulit untuk memprediksi secara pasti sampai kapan dampak perang dagang akan menekan bursa saham Wall Street. Namun demikian ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:

Negosiasi dan Kesepakatan Dagang. Jika AS dan China mencapai kesepakatan dagang yang komprehensif dan saling menguntungkan, sentimen pasar bisa membaik secara signifikan. Sebaliknya, jika negosiasi terus menemui jalan buntu atau bahkan memburuk, tekanan pada bursa saham bisa berlanjut.

Kondisi Ekonomi Global: Pertumbuhan ekonomi global yang melambat atau resesi dapat memperburuk dampak perang dagang pada bursa saham. Jika ekonomi global tetap resilien, dampak perang dagang mungkin lebih terbatas.

Kebijakan Moneter: Kebijakan moneter yang akomodatif dari bank sentral seperti The Fed dapat membantu meredam dampak negatif perang dagang pada bursa saham. Pemangkasan suku bunga atau pelonggaran kuantitatif dapat meningkatkan likuiditas dan mendorong investor untuk kembali ke pasar saham.

Secara historis, dampak perang dagang pada bursa saham bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tergantung pada faktor-faktor di atas. Untuk mendapatkan informasi terbaru dan analisis yang lebih mendalam, disarankan untuk mengikuti berita dan analisis dari lembaga keuangan terkemuka, serta memantau perkembangan negosiasi dagang antara AS dan China.

 

  1. Octa Investama Berjangka (OIB) menyediakan pelatihan tanpa dikenakan biaya, untuk mempelajari peluang-peluang yang ada di pasar uang, indek saham luar negri serta pasar komoditas. Di samping itu Anda akan mendapatkan AKUN DEMO yang dapat digunakan untuk latihan bertransaksi terhadap produk tersebut di atas secara live. OIB merupakan perusahaan yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut: octa.co.id.
pasang iklan di sini