KAJIAN proyek transportasi massal kereta Jakarta-Surabaya oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) belum final. Dua isu krusial berkenaan dengan rincian biaya dan penggunaan teknologi. Dalam Rapat Kerja BPPT 2018 di pengujung Januari, Kepala BPPT, Unggul Priyanto, menyebut Maret depan sebagai target
Ada opsi membuat kereta semicepat atau cepat, maka ada dua opsi penggunaan rel, yakni rel lebar sempit (narrow gauge) atau rel lebar standar (standard gauge). Dengan narrow gauge, biaya yang dikeluarkan sekitar Rp100 triliun, untuk kereta berkecepatan mencapai 120 km/jam. Sedangkan dengan standard gauge, biayanya diperkirakan Rp140 triliun dengan kereta berkecepatan hingga 300 km/jam.
Estimasi biaya hanya berlaku untuk trek tunggal, yang bisa mencapai Rp200 triliun. Bila menggunakan trek ganda, pemerintah dipastikan tidak akan memilih jalur yang ada karena kebutuhan lahannya lebih besar. Nilai tersebut bahkan disebutnya niscaya membengkak karena harus ada anggaran pembebasan lahan.
Diajukan estimasi anggaran Rp100 triliun, yang dalam pelaksanaanya bisa ditekan mendekati angka Rp60 triliun yang dianggarkan pemerintah. “Kita masih studi dengan lebih teliti,” ujar Unggul.
Efisiensi bisa dilakukan dengan penggunaan jalur eksisting milik PT KAI, metode konstruksi flyover dan underpass dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang lebih murah, juga tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi dari produksi PT INKA. Jalur kereta juga tidak akan sepenuhnya dibangun melayang (elevated). Dipastikan tidak akan ada lintasan sebidang, yang tertanggulangi dengan penggunaan jalan layang atau jalan bawah tanah.