Peluang News, Jakarta – Kinerja Indofarma dari tahun 2021 hingga 2023 terus mengalami tren penurunan dalam hal pendapatan dan profitabilitas. Pada tahun 2023, perusahaan farmasi ini hanya mampu membukukan pendapatan sebesar Rp524 miliar, menurun drastis sebesar 54,2% dari pendapatan tahun 2022 yang mencapai Rp1,1 triliun.
Indofarma telah melakukan berbagai langkah untuk memperbaiki kinerjanya, terutama dengan menekan beban usaha dan beban keuangan. Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, mengungkapkan dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu (19/6), bahwa Bio Farma sebagai induk turut membantu Indofarma dalam pendanaan operasional.
Pendapatan Indofarma pada tahun 2023 didominasi oleh penjualan produk dalam negeri yang mencapai Rp501 miliar, dengan kontribusi produk ethical sebesar Rp311 miliar. Meski demikian, terdapat peningkatan pendapatan ekspor pada tahun 2022 sebesar Rp22 miliar yang membantu mengurangi dampak penurunan secara keseluruhan.
EBITDA Indofarma pada tahun 2023 mencatatkan angka negatif Rp293 miliar, mengalami sedikit perbaikan dibandingkan tahun 2022 yang mencapai minus Rp361 miliar. Perbaikan ini didorong oleh pengurangan beban pemasaran dan distribusi serta efisiensi biaya operasional.
Namun, net income Indofarma terus memburuk, dari negatif Rp428 miliar pada tahun 2022 menjadi negatif Rp600 miliar pada tahun 2023. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penyisihan piutang sebesar Rp46 miliar dan biaya pajak sekitar Rp120 miliar.
Selain itu, kondisi keuangan Indofarma pada tahun 2022 masih menunjukkan nilai aset negatif sebesar Rp615 miliar. Pada tahun 2023, total aset perusahaan meningkat menjadi Rp933 miliar. Indofarma juga saat ini masih berada dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan proses hukum terkait masih berlangsung hingga sekarang.
Upaya perbaikan yang dilakukan diharapkan mampu membantu Indofarma keluar dari situasi sulit ini dan kembali mencatatkan kinerja yang positif di masa mendatang. (Aji)