MAGELANG—“Wahai Generasi Muda, bertani pun bisa mewujudkan mimpi menjadi orang sukses. Apalagi Indonesia adalah negara agrasis!” demikian seru Suharto, 65 tahun, seorang warga Dukuh Sewukan Dua, Kelurahan Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Pensiun menjadi guru sejak 2017 bukan kiamat bagi Suharto. Dia beralih menjadi petani cabai dan diselingi menanam jagung manis dan ketela, mulanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, yang tidak cukup dari pensiun.
Dia mengaku belajar pertanian secara otodidak, sekalipun ayahnya memang seorang petani. Namun Suharto tak pernah tahu detail sang ayah bercocok tanam semasa ia kecil. Sedikit demi sedikit mengerti karakter setiap tanaman yang ia tanam.
Dia mengenal bagaimana cara memperlakukan tanaman , obat apa yang cocok, interval penyemperotannya berapa hari sekali, hingga cara untuk mengolah tanah yang menjadi lahan pertaniannya, hingga cara untuk memasarkannya.
Suharto memilih cabai saat awal-awal memutuskan menjadi petani. Ajaibnya, kendati tak punya basic di bidang pertanian, tanaman cabai yang ia tani tetap tumbuh lebat sehingga memberikan hasil banyak kepada sang guru.
“Mulanya saya memiliki lahan seluas 2 ribu meter persegi. Kemudian sesudah setahn, saya punya modal membeli seiring berjalannya waktu, setelah setahun, saya membernikan diri membeli lahan satu hektar,” ujar Suharto, seperit dikutip dari chanel Youtube Cacapung , Selasa (3/8/21).
Lahan seluas 1 hektar tersebut benar-benar ia kelola dengan serius sembari ia pergi ke sekolah untuk mengajar. Setelah lima tahun menekuni pekerjaannya, Suharto berhasil membuka lahan seluas 10 hektar. Dalam setahun, pernah Suharto mendapatkan hasil panen seberat 500 ton.
Masalah pemasaran mudah, saya hanya bawa ke Pasar Talun hanya tiga kilometer dari rumah. Kini pasar itu jadi pasar sayur terbesar di Jawa Tengah. Bahkan pedagang pernah ke sawah saya untuk membeli.
“Kalau masalah bertani, seingat saya belum pernah gagal total. Tetapi saya pernah merugi. Tanaman saya lebat, tetapi ketika dijual di pasar harganya rendah. Namun kalau tanaman mati belum pernah,” ungkap dia.
Dari pertaniannya, Suharto tak hanya berhasil menghidupi keluarganya, tetapi menjadi seorang miliarder. Di pelataran rumahnya, terparkir satu unit Harley Davidson. Dia juga mempekerjakan 30-an karyawan dengan penghasilan bisa membangun rumah dan menyekolahkan anaknya sampai sarjana.
Kini Suharto membuktikan di masa pensiunnya, “Sang Oemar Bakrie” mengendarai Harley Davidson usai kesibukannya di ladang.
“Sejak muda memang saya mengidamkan naik harley dan ternyata kesampaian berkat panen cabai. Saya sering turing bersama teman harley,” tutup Suharto, seraya mengatakan mulai bertani pepaya untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri (Van).