hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Pengembangan Agroekosistem Kunci Ketahanan Pangan

BANDUNG—Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Prof. Ir Desi Ruswandi mengungkapkan  Indonesia mempunyai agroekosistem (ekosistem pertanian)  lokal yang mumpuni. Di antaranya sistem pertanian Subak di Bali, perkebunan teh Rancabali di Kabupaten Bandung, hingga sistem padi rawa di Kalimantan dan padi gogo rancah di masyarakat Baduy.

Keberhasilan itu membuktikan bahwa agroekosistem adalah  salah satu kunci dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Untuk itu, pengembangan kawasan ini perlu diperkuat dan diperbanyak, mengingat Indonesia diberkahi keragaman varietas tanaman yang luar biasa dan mampu menghasilkan beragam bahan pangan.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Prof. Ir. Dedi Ruswandi, M.Sc., PhD, saat menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Agroekostem dan Ketahanan Pangan”. Yang  digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, Sabtu (12/2/22).

Prof. Dedi menjelaskan, agroekosistem di Indonesia dinilai memiliki keunggulan dibandingkan negara lainnya. Dari sisi geografis, Indonesia terletak di negara tropis sehingga dianugerahi sinar matahari yang cukup bagi fotosinetis tumbuhan dan didukung dengan tanah yang subur karena memiliki rangkaian gunung berapi yang memanjang.

Sumber air di Indonesia sangat cukup untuk pertanian, mulai dari hujan, mata air, sungai, danau, hingga rawa. Selain itu, keragaman tanaman, serangga, dan burung memungkinkan produktivitas tanaman pertanian menjadi tinggi.

“Indonesia dapat dijadikan sentra produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan dunia,” kata guru besar pada Departemen Pemuliaan Tanaman Faperta Unpad ini.

Kendati berperan penting, pengembangan agroekosistem di Indonesia menemui banyak tantangan. Mulai dari masifnya konversi lahan agroekosistem menjadi daerah permukiman, hotel, dan industri, kurangnya regenerasi petani, hingga penggunaan teknologi modern yang belum diaplikasikan dengan baik.

Mengatasi tantangan tersebut, Prof. Dedi berpendapat ada empat sasaran yang bisa dilakukan untuk mendukung agroekosistem dalam meningkatkan ketahanan pangan.

Sasaran tersebut, yaitu mengembangkan keragaman agroekosistem, tanaman, sistem pertanian, dan perlindungan HAKI keragaman. Selanjutnya, memperkuat SDM pertanian dari hulu ke hilir yang tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga adaptif terhadap perubahan.

Dedi juga menekankan, penguatan agroekosistem perlu diperkuat dengan pemanfaatan teknologi modern mulai dari hulu hingga hilir, serta  digitalisasi distribusi pemasaran terhadap produk pangan dan kuliner.

“Kita harus menjaga agroekosistem tradisional. Namun, kita juga harus meningkatkan agroekosistem modern untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan global,” pungkas Prof. Dedi.

pasang iklan di sini