SORONG-—Sagu citranya dikenal sebagai makanan pokok masyarakat Papua. Sagu ini mempunyai ampas, yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Ada yang menggunakannya sebagai pakan ternak. Namun kalau tidak tahu, ampas bisa menumpuk.
Kelompok Pemuda Kampung Klayas, daerah Sorong menggunakannya untuk bahan kompos. Kelompok beranggotakan 30 orang ini mengolah ampas sagu dengan cara mencampur beberapa bahan alami yang mudah didapat di sekitar lingkungan masyarakat.
Di antara bahan-bahan yang dicampurkan terdapat potongan rumput, daun gamal, potongan batang pisang dan abu tungku yang diendapkan selama 9 hari. Kompos yang dihasilkan bermanfaat untuk menyuburkan berbagai tanaman, termasuk sayur mayur.
Mereka dapat pelatihan untuk memberdayakan ekonomi mereka melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan dari Kilang Pertamina Kasim (Refinery Unit VII), dengan menggandeng Yayasan Wahana Visi.
Selama 90 hari para peserta mendapatkan pelatihan seperti cara memilah ampas sagu, mengolah menjadi kompos, cara mengemas bahkan memasarkannya.
Yeremias, ketua kelompok pemuda kampung Klayas mengaku pelatihan yang didapat sangat bermanfaat untuk menambah ketrampilan para pemuda sekaligus menjadi peluang mendapatkan penghasilan.
“Rata-rata per 10 hari kami bisa memproduksi 1,5 ton kompos organik,” ujar Yeremias.
Yeremias menambahkan, rata-rata kelompoknya bisa mendapatkan penghasilan Rp8,000,000 per bulan. Jumlah tersebut bisa bertambah, dengan adanya pesanan yang terus berdatangan.
Mereka tidak menyangka ampas sagu yang selama ini dibiarkan ‘menggunung’ bisa diolah menjadi kompos bernilai jual.
Unit Manager Comrel & CSR Refinery Unit VII Kasim, Dodi Yapsenang mengatakan, produksi kompos mendukung rantai kegiatan warga Kampung Klayas yang menggeluti kebun sayur.
Setidaknya ada 84 KK di Kampung Klayas yang menggunakan kompos hasil produksi Kelompok Pemuda, sehingga sayur mayur yang dihasilkan merupakan sayuran organik.
Kompos juga dipasok ke toko khusus pertanian di Sorong, dimana sudah terjual 600 Kg dan order masuk mencapai 5 ton per bulan.
“Selain mendapatkan penghasilan tambahan, kegiatan ini sekaligus menumbuhkan kepedulian warga pada lingkungan, khususnya dalam mengelola limbah ampas sagu menjadi produk yang bermanfaat,”pungkas Dodi.