DENPASAR—-Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra mengungkapkan saat ini terdapat 4.492 koperasi di Bali. Dari jumlah itu hanya tiga persen yang merupakan koperasi produksi. Untuk itu Pemprov Bali akan meningkatkan jumlah koperasi produksi.
“Dengan tumbuhnya koperasi produksi hasil pertanian dan perkebunan akan dipasarkan dengan luas., baik untuk pasar domestik maupun global,” ujar Indra di Denpasar, Sabtu (13/7) seperti dilansir Antara.
Pergub Bali Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali memberikan kesinambungan penyerapan produk pertanian dan industri lokal daerah setempat. Keberadaan pergub ini mendukung perkembangan koperasi produksi.
“Sayangnya koperasi produksi jumlahnya tidak banyak, anggotanya sedikit, modalnya kecil belum mampu membeli produk pertanian,” kata Indra.
Dikatakannya, Pemprov mendorong koperasi meningkatkan kemampuan swadayanya. Pemerintah terbatas anggarannya. Dengan adanya koperasi produksi yang kuat produk pertanian bisa didesain lebih baik dan layak masuk pasar modern.
Indra menambahkan, pemeringkatan koperasi di Bali akan lebih baik. Yang berstatus dalam pengawasan akan berkurang. Dengan demikian citra koperasi di mata masyarakat akan lebih baik. Anggota koperasi akan lebih percaya pada lembaganya.
“Pemeringkatan koperasi itu dilihat dari semua aspek, seperti pertumbuhan anggota, kinerja kelembagaan, kinerja pengurus dan pengelola, kepatuhan membayar pajak, hingga CSR-nya,” ucap Indra.
Salah satu koperasi produksi yang cukup baik di Bali ialah Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) di Desa Nusasari, di Kabupaten Jembrana, Bali. Koperasi ini emproduksi kakao dari para petani anggotanya berhasil menembus pasar cokelat dunia antara lain Prancis, Finlandia, dan Jepang.
Menurut Ketua KSS Ketut Wiadnyana dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu komoditas kakao produksi para petani mendapat pengakuan dari lembaga uji mutu internasional. KSS bdidirikan dengan tujuan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga, meningkatkan produktivitas, dan kesejahteraan petani.
Pada 2018 omzet KKS
sudah mencapai Rp1,82 miliar, meningkat dari Rp1,75 miliar pada 2017.