PALEMBANG-–Kalau pempek-pempek terbuat dari tenggiri sudah biasa dan bertebaran di Kota Palembang, hanya berbeda dengan beberapa varian dan modofikasi.
Namun alumni Universitas Sriwijaya angkatan 2009 bernama Etty Aristanty itu melakukan inovasi berbeda, yaitu membuat pempek dengan bahan dasar udang dengan brand yang unik “Pempek Pink”.
“Nama Pempek Pink terinspirasi dari warna pempek itu sendiri karena terbuat dari udang bukan ikan jadi pempeknya berwarna pink. Saya mendirikan usaha ini tak lama setelah selesai kuliah, tepatnya pada 2015,” ungkap Etty kepada Peluang, melalui Whatsapp, Senin (1/11/21).
Perempuan kelahiran 1991 ini menjadikan kawasan Kenten Laut sebagai tempat produksi dan juga tempat jualan secara daring dan cabang Food Complex di Kembang Iwak, Kota Palembang untuk tempat makan di tempat dan juga untuk pemesanan secara daring.
Kelahiran Pempek Pink karena kampung halamannya, yaitu di desa Sungai Lumpur, Pantai Timur Kabupatan Okan Komering Ilir (OKI), yang merupakan salah satu penghasilan masyarakatnya itu tanbak udang,
“Karena setahu saya pada saat itu belum ada yang jualan pempek udang secara khusus atau spesialis pempek udang, kebanyakan pempek udang itu cuma selingan dari pempek ikan yang mereka jual, itupun tidak banyak,” ungkap Etty.
Selain mmebuat pempek basah, Etty membuat inovasi pempek crispy terinspirasi dari pengamatannya atas kebiasaan masyarakat yang suka makan yang garing.
Dia menciptakan pempek crispy yang tetap tebal, lembut di dalam, tapi d luar garing dan setelah beberapa kali melakukan uji coba, dia berhasil memperoleh komposisi crispy yang sesuai idenya.
Etty menciptakan semb ilan varian udang, yaitu pempek telur kecil dibandroll dengan Rp5 ribu, pempek lenjer kecil (Rp5 ribu), pempek isi ayam cincang (Rp5 ribu), pempek adaan (Rp5 ribu), lenjer jumbo (Rp50 ribu), kapal selam (Rp25 ribu), pempek crispy (Rp35 ribu per porsi, sementara untuk 500g) di bandroll Rp85 ribu, tekwan (Rp25 ribu per porsi dan untuk 500 gram denga harga Rp115 ribu dan model isi ayam cincang (Rp35 ribu).
“Untuk produksi kita tidak setiap hari karena stock kita beku, setiap produksi langsung kita kemas vakum dan frozen, jadi produksi kalau ada beberapa varian yang stoknya sudah menipis saja,” imbuhnya,
Sejauh ini jangkauan pemasaran Pempek Pink masih sebatas wilayah indonesia. Itupun estimasi ekspedisi yang 1 hari atau paling lama 2-3 hari (khusus varian tertentu). Untuk lebih dari itu kita tidak berani karena produk tidak memakai pengawet.
Omzet per hari sebelum pandemi berkisar Rp800 ribu hingga Rp1 juta. Untuk tahun pertama pandemi Covid-19 berdampak positip bagi Pempek pink karena penjualan meningkat. Sayangnya setahun terakhir ini, tambahnya mulai berasa penjualan menurun drastis
“Untuk mensiasati kita bikin varian baru model udang itu , atau paid promote,” ucapnya.
Pempek Pink tercatat bergabung di WUBI (WiraUsaha Bank Indonesia) angkatan 2017. Etty mengaku mendapat manfaat, seperti pelatihan dan mendapat berbagai ilmu, serta menjalin silatirhami dengan pebisnis yang lebih piawai.
“Ke depan, saya sangat ingin sekali ke depannya bisa memiliki toko fisik sendiri untuk Pempek Pink. Dan yang paling penting semoga pada masa mendatang juga bisa mengembangkan toko daring ke berbagai marketplace agar bisa mendongkrak penjualan,” tutupnya (Irvan).